Tuesday, November 15, 2011

Derita L

Kau tahu apa yang paling sulit dalam mencintai seseorang? Mengaplikasikan cinta. Kusebutkan kata kuncinya: akses. Dan yang paling membuat gila memanglah hal satu itu: akses untuk menunjukkan rasa cinta kita. Hanya itu kok. Hanya itu yang menggerogoti diri ketika virus jatuh cinta menyerang. Ok, lemme make it simpler. Semisal kau, berinteraksi dengan seseorang yang pada awalnya membuatmu berkata 'oh, orang ini something', dan selanjutnya menjadi 'ternyata benar-benar something', dan kemudian pun kau menjadi candu akan kehadirannya, akan gerak-geriknya, akan kata-katanya, akan segala hal yang menyangkut dirinya. Dia menjadi gravitasimu (jangan pernah tanyakan di mana posisi Tuhan dalam situasi seperti ini, karna biasanya kau hanya akan mengingatNya ketika dalam kondisi gila gak bisa tidur - lalu mengingat Tuhan untuk menidurkanmu, trus pol-pol nya jadi inget Dia kala kau lagi apes terjerembab derita cinta - kalo cewek biasanya nangis, yang cowok biasanya jadi linglung). Nah, dalam candu yang semakin dalam itu, kau pasti pengen banget mendapatkan akses seluas2nya untuk menunjukkan cintamu. Sebut saja kau ingin memilikinya, pengen jadian sama dia, pengen bisa ke mana-mana bareng, pengen saling berbagi, pengen ngasih perhatian, dan semacamnya. Namun berdasarkan fakta, kebanyakan cerita cinta berujung pada derita; pada kesulitan untuk mendapatkan akses seluas itu.

Yang ada jadinya derita. Kadang diperparah kala kau ingin ngasih perhatian penuh, namun tiba-tiba kau sadar kau itu siapa (biasanya sih ini terjadi kala kau suka orang yang sudah punya pasangan). Gara-gara jaim juga bisa (harga diri gitu loh!!). Satu lagi yang memperparah: "berharap". Ya itu dia: menjadi berharap. Ini yang paling membuat derita, hingga kau kehilangan cara untuk mewujudkan harapanmu dan berkeputusan untuk berhenti berharap. Lalu menjadi parah lah derita cinta itu karna kau sudah berhenti berharap, sedang cinta masih duduk manis dalam hatimu. Pada akhirnya pun kau memutuskan untuk mencintainya dengan tulus, tanpa harap, tanpa pamrih. Dan adakah hal yang lebih menyakitkan daripada cinta yang tak tersampaikan? Kau menjadi semakin gelisah dan sakitttt, dan sangat butuh untuk menyampaikan cintamu. Kau menjadi gila. Kau ingin akses selebar-lebarnya, namun kau tak bisa mendapatkannya. Dan ini yang akan terjadi: kau akan sekali lagi mencari akses tersebut, kau kejar sekecil apa pun akses yang memungkinkan, dan menunjukkan cintamu dengan caramu. Namun kau tidak melakukannya dengan ikhlas; kau berharap; kau kembali pamrih. Sms ingin dibalas, ingin diberi perhatian juga, dan kembalilah kau menggunakan 'wish-bone'mu, instead of your 'back-bone'. Ujungnya pun derita lagi. Ujungnya kau berharap lagi. Dan bagaimana caranya menyampaikan cinta namun tanpa harap?

Kau pikir aku punya jawabannya? Aku hanya baru mencoba. Aku mengaplikasikan sisa cinta ini ke ayahnya yang telah meninggal. Tentu aku tak akan berinteraksi dengannya, karena itu akan membuatku dengan mudah menanggalkan 'backbone'-ku. And of course it's forbidden. Lalu yang telah membuatku dalam kondisi 'bagus' recently adalah bahwa aku memiliki akses untuk mengaplikasikan sisa cintaku. Aku tidak berusaha melupakannya, namun mengaplikasikannya (kuanggap kau sudah tahu bahwa melupakan adalah hal yang percuma dalam cinta).

Yang kulakukan adalah berdoa, untuk ayahnya, - bukan untuk dirinya. Aku mendoakan orang yang ia cintai. Satu orang saja cukup, karena cinta ini tidak sebegitu liar. Kalau kasus cintamu sangat liar, mungkin kau bisa mengambil satu orang yang sangat sangat ia kasihi (biasanya sih ibu), lalu kau doakan sebaik-baik doa untuk orang tersebut. Jangan bersikap antagonis, karena itu percuma (cinta tidak mengenal benci). Bersikaplah mengasihi. Ketika kau enggan mengasihinya karena, well: harga diri (mungkin), maka kasihilah orang yang ia kasihi. Menjadilah orang yang damai dipenuhi rasa kasih sayang.
 
Lalu satu ini. Bila kau sedang menjadi antagonis, jangan mengenyahkan kebencian itu, namun berdamailah dengannya, dan carilah cara untuk menyampaikan makna sebenarnya dari perasaanmu. Jangan mengenyahkan. Berdamailah dengan dirimu sendiri. Sadari bahwasanya kau manusia. Kau membenci, kau marah. Jangan kembali memarahi dirimu dan berjanji untuk mengenyahkan marah dan bencimu. Berdamai dan cintailah dirimu sendiri, dan yang akan ia lakukan adalah 'menyelesaikan', instead of 'running away'. Face it! Don't run away!!!

Namun cukup diingat, cinta itu pasti ada deritanya.. :p
 
I drew it exactly a month ago when I was in Semarang - a 'lil bit fly-high at that time..XD
 
For the last, I have nice quote from my friend Sad-A: 
"When I love someone who doesn't love me, or she already has someone else, I will wait her to pay my love back until my feeling's gone by itself.." - nicely said. Gujaab!!

By the way, did I talk about love again?? Oh, My!!!!!!! >.<

Monday, October 17, 2011

It's Not a Sudden Thing

I owe you one post!!

Yes, you!!!

So, the last story was about my preparation becoming a teacher in private international elementary school in Surabaya. All I can say, I decided not to take the opportunity and threw away all the long tiring steps that I'd done (ngek!!). And well, I don't mean to say these words again, but in such of a sudden, again, I was in Semarang and I've been here for about 2 weeks already.. Yes, I mentioned the keyword: sudden.

Actually it wasn't that sudden. I mean it. Someone told me about this opportunity long time before I decided to join the program. Though it sounds so sudden, in fact it's not. I just felt not, so it is not, eod. LOL

Anyway, what I do in this new place is teaching, let me say tutoring some students again. The job takes one month so I need 2 weeks more. There is a team, a superb one, consists of 24 superb tutors and 1 superb big boss. We have 18 meetings in each week, so that a 'superb' adj should be added as the beginning..:D

Ok, because I love teaching, I love this job. Let me say how to be creative, how to be more matured, and how to manage your own health. The other tutors are them who have so many experiences in teaching English. Most of them were graduate from English Education faculty, some were graduate from the most famous English course in Pare, and one of them is just me.. someone who has a bit weird background.. (no wonder, being different is my plus one, lol). The activities are so good. I mean it. Though it's completely different from being Grammar Speaking Teacher, it's still good, it's even better. I learn a lot of lessons from my roommate, from the other tutors, and from my students. I learn how to handle big class, how to cheer up bored and boring class, how to deliver material efficiently, and the other how to. The other tutors are so awesome; some of them are stunning. I admire them a lot. There was a time when I felt like I want to have one more Bachelor degree and it should be a Bachelor of Education. But then I thought that Master of Teaching is still better, so I skipped the idea, continued to learn everything from my awesome new friends, and kept praying for Master of Teaching..:)

Here I give ya some photographs:
Me and my roommate, just being moron in one of shoe boutique :B
It's some of our students. They're from Group 15, and we have 24 groups!! :B
This month should be the memorable one, because the togetherness of the 'superb' team is so awesome. We have breakfast, lunch, stressed, and much more together (please skip your negative thinking!!), even whole members got influenza together! LOL.

Back to the word Love, some days ago, I wrote these words in my journal:
Let me say I know your smile, not that beautiful, but I know it. Let me say it's not that beautiful, but I like it. Let me say you don't have a perfect eyes, but I like it. Let me say you don't want to be around me, but I do want it; I want it much. Let me say you don't have any feelings anymore, but I just fell in love with you. I JUST fell in love with you. So just DON'T go away!!! Ngek!!!
Bisolvon must have made me flying that high.. Ckckck.. (mumbling)

Monday, September 12, 2011

Purnama Ini

Mungkinkah itu purnama yang sedang kulihat lewat bening genting kaca atap kamarku? 
Aku memikirkanmu, seseorang yang aku tiada tahu seperti apa raut mukamu..

Apakah kau juga melihatnya? Purnama di bulan syawal yang putih bulat menemani bintang malam semesta? Putihnya kadang menerangi awan yang menutupinya, cahayanya berpendar meninggalkan bayangan misterius yang membuat malam semakin terasa dingin. Sedikit lucu kata-kata yang baru saja kutuliskan. Aku belum tahu malam di tempatmu sedingin ini atau malah membuatmu berkeringat. Jangankan tempatmu, senyummu seperti apa pun masih misteri besar bagiku.

Beberapa hari yang lalu aku mencoba berdamai, setelah sebelumnya kutunda beberapa hari karena takut hanya sebuah tindakan emosi dari diriku. Aku berdamai dengan seseorang, satu-satunya orang yang pernah memiliki komitmen denganku. Iya aku tahu, kukira juga aku sudah berdamai dengannya. Namun kematian ayahnya beberapa waktu lalu sedikit mengguncang hatiku, sehingga aku harus mendamaikannya. Baiklah, kutarik lagi kata-kataku: Aku tidak berdamai dengannya. Yang sebenarnya kulakukan adalah aku berdamai dengan hatiku sendiri. Dia sungguh keterlaluan. Hanya dengan berita menyedihkan seperti itu, bisa-bisanya terguncang, dan membuat pertanyaan-pertanyaan itu muncul ke permukaan lagi, setelah selama ini berhasil dengan baik kuatasi. Hatiku itu susah sekali sadar bila hal ini hanya merugikan, tidak pernah ada untungnya bagi utuhnya diriku. Sial. Sial. Sial. Ramadhanku, sempat-sempatnya tergores oleh hal seperti ini. Kau tahu, aku bahkan sempat menanyakan bagaimana rasanya akan menikah dan terikat suatu komitmen yang satu level lebih tinggi dari ikatan kami dulu. Gosh, how pathetic I am.. (Present nih? Jih..)
I also sketch, do you?
Ujungnya pun aku memikirkanmu. Kadang memang memikirkan kedatanganmu. Namun saat ini aku lebih tertarik kepada visi hidupmu. Kau tahu, band faforitku diduga mengidap sesuatu yang tidak baik. Ini sangat menyulitkan bagiku. Kadang aku berfikir terlebih dahulu sebelum akhirnya mendendangkan lagunya di kamar mandi. Ini suatu hal yang secara otomatis kulakukan, dan sangat sulit untuk tidak mendendangkan lagunya. Kau tahu, seperti melakukan sesuatu yang sedikit melanggar norma yang kau yakini. Seperti ikut serta dalam konspirasi besar yang menggulingkan dunia. Seperti itulah beratnya. Hal ini menjadi momok bagiku. Monster di tiap mimpi dalam tidurku. Bagaimana bisa, sebuah band yang aku suka karena aksi sosialnya, diduga kuat mulai berkhianat pada apa yang mereka perjuangkan di awal? Bagaimana bisa band kesayanganku menjual jiwa mereka?? Oh Gosh, how could I be this pathetic?? O.o

Lalu bagaimana denganmu? Apa yang akan kau lakukan dengan hal seperti ini? Apa yang akan kau lakukan dengan sesuatu yang pada awalnya kau sukai dan pada saat kemudian menjadi sangat kau sukai, lalu terbukti sesuatu itu berubah dengan penyimpangan yang tidak terlihat, namun secara fundamental berubah? Apa yang kau lakukan pada hal yang telah lama kau taruh rasa atasnya lalu masih dengan rasa itu kau mengetahui sesuatu atasnya yang bertolak belakang dengan prinsipmu? Jelas ini hal yang tidak mudah bagiku. Sangat tidak mudah ketika akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri kesukaan itu. Walaupun butuh waktu yang lama, mungkin ini lah yang akan kulakukan pada band kesayanganku. Toh juga aku pernah melakukan hal serupa sebelumnya..

Bagaimana dengan ceritamu? Pasti banyak sekali cerita yang kausimpan yang ingin kau bagi untukku. Tentang wanita-wanita dalam hidupmu, tentang band kesayanganmu, atau sekedar tentang teori konspirasi yang pernah singgah dalam mimpi burukmu. Ah, aku terlalu yakin bahwa kau juga sama denganku, sama-sama tertarik dengan sesuatu yang berbau konspirasi. Padahal, sekali lagi, senyummu seperti apa pun aku tak tahu..

Dalam purnama ini, apakah kau juga memimikirkanku?

Sunday, August 14, 2011

Indonesia Mengajar


Preface apa ya yang bagus untuk posting kali ini? Emm, coba saya ceritakan tentang gerakan Indonesia Mengajar terlebih dahulu. Indonesia Mengajar adalah sebuah gerakan yang didirikan Anies Baswedan, dkk. Gerakan ini mengirimkan Sarjana negri terbaik untuk menjadi guru SD selama 1 tahun di pelosok negri. Landasannya adalah bahwasanya mencerdaskan bangsa bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun adalah tanggung jawab semua orang yang terdidik, artinya semua orang terdidik wajib untuk mendidik yang belum terdidik. Yang diharapkan bukan hanya mencerdaskan kehidupan bangsa secara harfiah, namun juga efek samping darinya. Pengajar Muda (sebutan untuk Sarjana yang dikirim gerakan ini) akan menginspirasi muridnya dan masyarakat di daerah penempatannya. Pengajar Muda juga akan terinspirasi, belajar hidup, dan menjadi bagian dari masyarakat tersebut. Dengan ini, tenun kebangsaan akan menjadi lebih kokoh. (Btw, ini saya barusan liat contekan di sini lho, wkwk)

Oke, saya akan jujur menyatakan perasaan saya di paragraf ini. Yaitu bahwa saya tergila-gila dengan gerakan ini (juga founding fathernya, jiahaha..). Ingatan roadshow Indonesia Mengajar yang saya hadiri di pertengahan tahun 2010 (pertengahan mutungnya saya sama TA saya) dan di awal tahun ini, menempel terus di jidat saya hingga sekarang. Indonesia Mengajar ini memiliki goal yang ajiiib banget. Pemecahan masalah kesenjangan sosial yang sebenarnya. Langsung ke inti. Saya sangat menggebu-gebu akan gerakan ini, walaupun 2 kali gagal menjadi sarjana terbaik yang terpilih..

Dengan Indonesia Mengajar, pemerataan pendidikan bisa terjadi. Pemerataan kesejahteraan juga akan terjadi. Karena siklusnya kan, bila mau sejahtera, kita harus punya ilmu lebih dulu. Kalo sudah terdidik, seseorang jadi ngerti apa dan bagaimana itu standard hidup, dan segera mengejar standard hidup yang layak untuk dirinya. Ilmu yang dimilikinya akan memudahkan dirinya mengejar standard hidup idamannya, dan ketika itu terjadi kepada dirinya, dan masyarakat sekitarnya, dan di seluruh Indonesia, maka gap yang selama ini terjadi antara remote area dan non-remote area sedikit demi sedikit akan hilang. Bingo!

Apa ini bisa terjadi? Ya bisa lah. Asal Indonesia benar-benar mengajar. Kalo hanya Indonesia Mengajar saja yang mengajar sih, saya sanksi bisa. Terhitung 123 Pengajar Muda telah dikirimkan ke 14 remote area dalam setahun ini. 51 Pengajar Muda akan menyusul menggantikan 51 angkatan pertama. Kenyataannya tidak hanya 123 (+51) orang yang ingin dikirim ke pelosok negri. Pendaftarnya lho ribuan. Sebut saja 4.368 recent graduates, termasuk saya, telah melamar untuk menjadi Pengajar Muda angkatan II. 72 di antaranya terpilih dan telah ditempatkan. Artinya ada 4.296 pemuda Indonesia lainnya yang siap dan ingin mengajar saudara-saudaranya di sana, namun keinginannya belum bisa terfasilitasi. 4.296 orang ini, in my humble opinion, bila niatnya tersampaikan, Indonesia yang cerdas insyaAllah bukan hanya cita-cita lagi.

Menginspirasi saja ternyata tidak cukup. Saya contohnya, telah sangat terinspirasi oleh gerakan ini, dan sekarang sedang bingung mencari jalan untuk mewujudkan niat saya ini. Bergerak sendiri, menurut saya adalah jawabannya (dan semoga saya memiliki keberanian untuk segera mewujudkannya). Namun berapa orang dari 4.295 pemuda lainnya yang berani melangkah sendiri? Akan lebih baik bila wadah itu tetap ada untuk mereka. Sayang bila niat mereka harus mati dan kemudian pergi untuk memperkaya diri sendiri. 

Kita kembali ke angka. Bila dihitung secara Matematika, kita akan butuh 60 Indonesia Mengajar lagi untuk mewadahi pemuda-pemuda tadi (exclude saya lho kali ini..:p). Oke deh, harus sedikit diperketat persyaratannya, seumpama yang bisa diterima hanya seperempat darinya. Bila demikian, kita akan membutuhkan  sekitar 15 Indonesia Mengajar lagi.

Nah, sudah seharusnyalah Indonesia Mengajar tidak hanya berhasil menginspirasi kami para pemuda. Tapi juga menginspirasi kalangan lain, yaitu orang semacam Anies Baswedan untuk mendirikan gerakan serupa. Artinya dibutuhkan 15 orang Anies Baswedan lagi.

Bila 15 orang tersebut hadir, maka 15 gerakan semacam Indonesia Mengajar bisa lahir. 15 orang serupa Anies Baswedan ini akan menginspirasi teman-temannya sehingga kuota 60 dapat tercapai. 60 orang ini akan melahirkan 60 gerakan yang serupa, yang akan menginspirasi pemuda lainnya. Secara matematis dan linier, maka sekitar 262.080 pemuda lain akan terinspirasi dan mendorong banyak di antaranya untuk menjadi serupa dengan Pengajar Muda. Bila siklusnya berjalan tanpa rintangan, maka akan membludak jumlah orang serupa Anies Baswedan yang lahir, lalu berjibun orang serupa Pengajar Muda yang dikirim ke pelosok sehingga kuota pendidik inspiratif dapat terpenuhi untuk seluruh bangsa. Indonesia yang benar-benar mengajar tercapai. Semua daerah marginal dapat dibangun. Kesenjangan sosial sedikit demi sedikit lenyap dari muka Indonesia. Bingo again!!
Intinya, semakin banyak recent graduates yang mumpuni dikirim ke pelosok dan mengajar, maka semakin banyak pula dampak positif yang diakibatkan. Semakin dekat pula cita-cita bangsa menjadi bangsa yang maju. Kata sifat untuk Indonesia dalam grammar Bahasa Inggris tidak lagi memakai present participle, namun akan berubah menjadi past participle. It will be 'developed' country, not the developing one.. Awesome..

Pokoknya Indonesia yang benar-benar mengajar harus segera diwujudkan..!!

Eh, ada lagi. Bila memang tidak ada 15 orang Anies Baswedan lagi di Indonesia ini, bagaimana bila Pak Anies disuruh menggandakan diri sampe jadi 15 lagi? Seru banget itu kayaknya.. (timpuk kursi). Atau kalo emang pemerintah rada bener gitu, mending duit yang dikorupsi sumbangin dikitlah ke negara. Sumbangin dikit buat bikin program semacam wajib militer, namun kali ini bukan wajib militer.. Untuk sumbang asih rakyat cerdas kepada negaranya, bikin program 'Wajib Mengajar'. Anak-anak yang baru lulus dari pendidikan pasca-SMA (higher Education) wajib mengikuti program ini. Makmur deh Indonesia..

Simpel kan? Kalo bermimpi gini sih, emang simpel banget..

Tuesday, August 09, 2011

7303-impian

Bercerita tentang mimpi. Mari kuceritakan tentang mimpi dalam sejarah hidupku. Bagiku mimpi adalah petunjuk untukku melangkah. Tujuan. Hal ini kemudian menjadi sesuatu bernama prinsip: aku tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan tujuanku. Aku tidak akan berbuat yang ujungnya tidak mewujudkan mimpiku. Aku akan bertindak yang mengarah pada impianku. Bertindak selain itu berarti mengingkari mimpiku. Banyak hal yang turut andil dalam pemaknaanku atas pentingnya mewujudkan mimpi. Pasti sangat banyak. Namun yang signifikan selalu mengingatkan adalah novel-novel karya Paulo Coelho. Awalnya aku diajarkan oleh Sang Alkemis. Kubaca saat aku duduk di bangku SMP, dengan pemaknaan sekenanya. Seorang bocah SMP tahun duaribuan sudah mulai dikenalkan dengan kata-kata njlimet novel terjemahan yang isinya pun menurut orang dewasa saat itu memang njlimet. Namun bukan njlimetnya yang menjadi poin di sini. Adalah makna yang Coelho coba sampaikan. Memang aku tidak begitu yakin dengan itu pada saat aku membacanya. Namun ketika masa SMA, kuulang lagi membaca Sang Alkemis, dan aku mulai paham apa inti dari novel tersebut, jiwa pewujud mimpiku pun mulai lahir. Sang Alkemis mengajarkanku untuk meraih mimpi dan tiada menyerah untuk meraih mimpi, walaupun banyak sekali rintangan menghadang.

Mimpiku waktu SMP adalah sekolah di UGM, dan ketika SMA menjadi spesifik untuk kuliah di Teknik Elektro UGM. Dalam ingatanku kespesifikan itu seperti berikut: dahulu ketika aku duduk di bangku kelas 2 SMA, aku sangat ingin menjadi seorang yang sangat pintar di bidang IT, dengan daya kodingnya yang super brilian; mencontoh film yang diaktori oleh John Travolta+Brad Pitt (lupa judulnya). Lalu aku mendapat informasi bahwasanya Ilmu Komputer adalah jurusan yang tepat. Aku pun gagal ujian masuk UGM dan kemudian mengikuti SPMB dan tiba-tiba terdampar di Teknik Elektro UGM, instead of Ilmu Komputer. Ketika kucrosscheck sejarah ini dengan ibuku, beliau mengatakan bahwasanya sebelum masa SPMB, aku pernah dengan menggebu-gebu berstatement akan membuat robot super di luar negeri. Ternyata menjadi pembuat robot lah yang mengantarkanku untuk masuk Teknik Elektro, dan bukannya Ilmu Komputer. Impian yang bila mau jujur, sudah kulupakan, sebelum akhirnya ibuku mengingatkannya beberapa hari yang lalu. Dan memang iya, impian untuk menjadi coder kala itu tergantikan dengan menjadi pembuat robot. Seingatku aku menggebu-gebu hingga keinginan ibuku untuk menjadikanku seorang calon dokter gagal total. Ibuku menyerah dengan impiannya memiliki seorang anak yang bergelar dr. dan dengan sedikit berat hati menuruti keinginanku untuk menjadi seorang pembuat robot. Impian palsu. Jeki palsu.

Kukatakan palsu, karena pada akhirnya aku lupa pada impian itu. Ini terjadi ketika diriku terlena. Ada masa yang dimulai di penghujung tahun pertama dalam kehidupan di Jogjaku, di mana diriku mulai kehilangan prinsip tentang pentingnya mewujudkan mimpi. Masa ini berlangsung selama..(mari istighfar sebelum membacanya)... 2 tahun lebih. Kusebutnya masa kering kerontang. Dalam periode itu aku menjadi sangat buruk. Aku non-aktif dari sebuah organisasi yang dengannya seseorang bisa membunuh jiwa pragmatismenya dan menjadi seorang yang aktif solutif. Menjadi seorang yang tidak ‘omdo’ – omong doang. Masa ini membunuh karakter ‘teguh dalam mencapai cita-cita’ yang telah kumiliki. Dalam masa ini, aku berhianat kepada diriku sendiri. Menjadi seorang yang sangat psimis, dan sering mengubah-ubah cita-cita karena takut akan konsekuensi dari suatu putusan. Aku tidak mau berjuang melawan rintangan dalam mewujudkan impian menjadi robot maker. Alasannya? Karena mata kuliah di konsentrasi yang membuat robot sangatlah sulit. Pada titik ini, mulailah aku menjadi pelari yang unggul. Untuk menghindari mata kuliah yang sulit, aku lari kepada jalur Informatika, yang mata kuliahnya lebih bisa kucerna. Motivasi? Hanya karena tidak ingin mendapat nilai C (dan D) terus menerus. Motivasi pelarian: ‘toh juga dulu aku pernah punya impian menjadi seorang IT expert’. Expectation: mendapat banyak nilai A. Oh, pragmatis sekali!!! Dalam perjalananku menjadi seorang pelari ulung, aku mulai lari dari kenyataan. Denial demi denial kuarungi. Yang penting lari dari kenyataan. Tujuanku pada saat itu hanyalah satu: lari.

2 tahun lebih kuarungi kehidupan palsuku sebagai mahasiswa. Di tahun terakhirku, masa ini mulai berakhir. Aku mulai menyadari kehidupan palsu yang telah kujalani. Tentang impianku. Tentang apa yang kuinginkan setelah menjadi pelari ulung. Aku mulai menelaah kembali pelajaran-pelajaran kebijaksanaan. Aku membaca ulang Sang Alkemis. Bahkan semua novel Paulo Coelho (yang ternyata selalu saja berisi tentang pentingnya mencapai mimpi) kutelaah kembali. Semuanya mengingatkanku agar memiliki mimpi, memiliki keinginan sejati, dan agar tidak berkhianat pada mimpiku. Kemudian aku pun bermimpi kembali, bukan yang sifatnya berlari. Ini adalah mimpi yang harus kukejar, kuraih dan kucapai, mimpi yang nyata. Mimpiku ini, sayangnya tidak berhubungan erat dengan mata kuliah-mata kuliah yang selama ini kutempuh dan kuraih banyak nilai A di antaranya. Pelarianku selama itu ternyata bukanlah sesuatu yang sejatinya kuinginkan.

Namun aku tetap menamatkan kuliah. Dan aku harus sedikit ingkar dari gelar yang kumiliki, demi mimpiku ini. Ujungnya? Hanya satu. Aku hanya ingin menjadi seorang yang selalu jujur pada diri sendiri, bukan lagi pelari ulung yang disejajarkan dengan pengecut. Bukan lagi menjadi seorang yang psimis. Aku hanya ingin menjadi seorang optimis yang berhasil menempuh segala rintangan dan cobaan hingga tercapai angannya. Karena menjadi seorang yang jujur itu berarti pula menjadi seorang yang bahagia. Sangat bahagia.

Memang tidak mudah untuk menentukan keinginan. Tetapi aku, dan kamu, dan kalian semua sudah memiliki caranya. Hati. Yang kuperlukan, yang kamu perlukan, yang kalian perlukan adalah hati. Aku bertanya kepada hatiku, hal apa yang paling membahagiakan di dalam hidupku. Aku menelaahnya, dan aku berani berjuang demi mewujudkan kebahagiaan ini. Kebahagiaan yang deminya aku berani bertarung untuk melalui segala cobaan yang hadir. Kebahagiaan yang bila diraih, akan memberikan senyum simpul kepuasan di sudut bibirku. Kebahagiaan yang mengantarkanku kepada individu yang lebih baik, yang lebih bahagia dan lebih penuh syukur. Kebahagiaan yang aku dan kamu menyebutnya sebagai impian. Terserah apa pun itu bentuknya. Bisa jadi uang, atau pun sesuatu yang bentuknya abstrak seperti perasaan. Yang pasti itu adalah sebuah impian. Impian yang harus kau wujudkan. Yang harus juga kuwujudkan.

Semoga, aku dan kamu dapat dengan teguh mempertahankan impian, dan lebih dari itu, semoga kita dapat mewujudkannya..

PS: 7303 adalah kode game Free Cell yang sudah seharian tak dapat kuselesaikan, bisakah kau? *ngek*

Wednesday, July 27, 2011

emotion


So I was in Yogyakarta for a few days, from about 5 days ago. I got a big surprise at Wednesday mid-night, a week ago. It was the news that my ex's Dad had passed away. He died 3 weeks ago or about 2 weeks before I went to Yogyakarta. At first, my decision (went to Yogyakarta) was made because of this reason: because I wanted to say *I'm sorry to hear that* directly. But then it turned out that the plan was cancelled. I went to Yogyakarta in such of a sudden, and I knew it wouldn't be right. Then yep, it is not right. When I do something in hurry, it always goes wrong. Hmm, it's one more lesson for me, that emotional things have an ability to camouflage the real condition and we will act emotionally that most of them are not good at all, and not good usually means not right. Oh, I did one more not right thing.. Bzzz...

What I regret is just that I missed my Mom's B'day, at last Sunday.. :'( Hukz, for the emotional reason, the sad one, I left the moment, the happy one. Hahaha, it was just not right, and I'm so sorry to hear that, Jek..:p

The other thing that I got in my last visit to Yogyakarta is well absolutely a trip. Trip is always awesome. When you travel, you move, and it's so good for yourself; inner and outer. It helps us to move our mind, to decide some solutions for the problems that occur on the road, and so on. It is so cool that our mind is refreshed. Moreover, I can write this post, Fellas..! Hahaha..

And absolutely best friends! I met Alvi that had came from Sweden and Ijah san, the co-assistance in dentistry faculty. They gave me so good welcome. My ex-boarding home friends too who gave me a bed to sleep and a place to watch Korean Drama in the afternoon (hahaha). I can guarantee that the first mission was not succeed. But I've done the most important mission, the mission that has no correlation with emotion. It was the mission that I'd planned long time before my last visit to Jogjakarta; it is *picking up my left behind items*. I got my Pollygon, my Spongebob, my lovely blanket, my sleeping bag, and more. No emotional is included except the goods that have so many memories on it.

And now that I'm on my personal spot inside my Mom's room, I said this words to myself, 'Welcome home.. And please learn more about your emotion that you can handle it and have the right decision of it..'

Oh! What an emotion!!
PS: I also got 'Madre', new Dee's book. I tried to find 'The History of a God', but then I met Madre. I think it was destined.. (Or, whatever..)

Saturday, July 09, 2011

Christmas Lights

I just feel so sorrow, then I chant this song, Christmas Lights from Coldplay, and I feel more sorrow.. Whad de..
Well, there's no correlation between my sorrow with the lyrics of the song, but the melody brings me to the tears.. Hahaha, it's so exaggerated!!

So, let's chant together.. (or cry together??:p)




Christmas night, another fight
Tears we cried, a flood
Got all kinds of poison in, poison in my blood
Took my feet to Oxford Street, trying to right a wrong
Just walk away those windows sing
But I can't believe she's gone
When you're still waiting for the snow to fall
It doesn't really feel like Christmas at all

Up above candles on air flicker
Oh they flicker and they flow
And I am up here holding on to all those chandeliers of hope
And like some drunken in this city
I go singing out of tune
Singing how I've always loved you, darling
And I always will

Oh when you're still waiting for the snow to fall
It doesn't really feel like Christmas at all
Still waiting for the snow to fall
It doesn't really feel like Christmas at all

Those Christmas lights
Light up the streets
Down where the sea and city meet
May all your troubles soon be gone
Oh Christmas lights, keep shining on

Those Christmas lights
Light up the streets
Maybe they'll bring her back to me
Then all my troubles will be gone
Oh Christmas lights, keep shining on

Oowwwhhhohooooowohohohoooo

Oh Christmas lights
Light up the streets
Light up the fireworks in me
May all your troubles soon be gone
Those Christmas lights keep shining on

This Coldplay's song is so deep. It supposed to reignite the Xmas lights inside their heart.. Ah, I'm not christian, but I know how deep this song is. I know what Christmas is for them, which is now only a celebration. And Coldplay tries to bring back the meaning of it. Light up the streets, light up the fireworks in me, may all your troubles soon be gone, those Christmas lights keep shining on..

Hah, turns out it's completely unrelated at all!! Stupid tears, then awesome song, haishh.. Anyway, is there fireworks?? WoooW!!!

Friday, May 27, 2011

Lesson Plan

I'm an addict!! I'm an addict!!

Lalala.. Yah, that's right, finally I'm addicted to create some lesson plans. Still remember how stupid I was about 3weeks ago, confusing about how to enliven the class, and how to get class attention? I passed that step and succeeded in having a good class, above average one. Yeayy!!!! I found some ways to create creative lesson plans, or creative class that make the students cheer up and active, and say: 'Yea, I love this class!!'. Lalala again..:D

Well maybe I'm not an expert one, maybe there are some stupid things inside my lesson plans (ps: I said maybe:p), but this is my best that I can do. I searched in the internet, modified it with the class situations, and tata!! I have the method!!! It is a new method and different from the previous teacher's method, but I believe my method is better than what the perv. teacher had, hahaha!! (evil)

Ok, let's ignore about my evil, eh??(O.o)

And, the matter is, I only have about 7 days more to teach, or to create lesson plans. So I want to make my last 2 classes as my best classes. I will create a funny attractive and interesting class. I will make them laugh. I will make them happy. And moreover, I will make them fully understand about grammar speaking class. Make them understand that speaking with grammar is actually a 'lil bit confusing. (ninja)

If there's 17th tense named Present Perfectly Confusing, then there is also one new kind of speaking: Confusing-Grammar Speaking (that actually a 'lil bit impossible to do).


But impossible is nothing, right?
*(jyah, akhir2nya iklan..)

Saturday, May 07, 2011

Sudden

My nowadays headline is: "Sudden". It's not the name of a nation or something, it's just a noun, something related to 'hurry', but fyi I'm not in the middle of a hurry. Ok, let me make it clearer, here we go.
About 7 weeks ago, suddenly I was in Malang, and about 2 weeks later, just like a flash of light, I was in Jakarta. A week after that, I continued my plan: learning IELTS in a small town called Pare, so suddenly I was in Pare. Then, about 2 weeks later (or two weeks ago from today), I wasn't a student in IELTS program anymore: I was recruited to become a teacher. Bah, that so astonished of me!! So suddenly (again) I was a teacher.
 
And being a teacher all of a sudden is completely not easy. A lazy student becomes a teacher?? Oh, what a lesson!!! It's so hard that I got influenza (I still often sneeze at the moment), and a lil bit frustration. The problem is: I didn't get any lesson to be a teacher! I should learn it by myself. I should search for tomorrow's material, for the method, and create some lesson plans. That's so tiring!!!! And the worst part was that I can't do my habit: 'skipping class', that's right, it was the hardest part and don't ever imagine that I will do it, I'm a teacher btw.. Hah!!

That's why, I was tired and frustrated. The students sometimes didn't get what I'd explained, or something that made me more frustrated: they didn't come to class (well at least now i know how the teacher feels when there's just a few students come), or their stupid act in the classroom by comparing me and another teacher from another course, that was so hell for me..

But life's still moving on, right? Because it was my decision to be more proactive as a person - for the better quality of me, so I should continue to learn to become a good teacher. It's just a month, and will be very great experience for me.. These sudden things, well I guess I was the one who attracted it, I wanted these things, so they came to me. Well, God always shows me the way, I shouldn't be desperate anymore, and I really hope not anymore..:)

Anyway, still with the same topic: even I fell in love in such of a sudden!! I fell, I loved, and suddenly get dumped. Oh, what a stupid sudden love, bahaha... (crying)

Saturday, April 16, 2011

First Short Article

So, let's not talk about the crush in whoever heart. Crush is completely natural, and we just need to face it. Love is so common thing. Avoiding? You'll be torn into pieces!! Just let it flows. Disappearing was a stupid thing. (hum, it turns out that I'm talking about this crush, haha!!)

A week with failed disappearing, I succeeded with my first short article in my writing class (or actually you can say a stupid short article). It was the report about the line graph that the question asked. So, here it goes.. (let's focus on my report, not to the graph I don't display, wkwk)
The line graph presents the data of wheat exports over The European Community, Canada, and Australia from 1985-1990. According to the graph, wheat exports of each nation during the five-year period was fluctuating. In 1985, as the starting point, Canada exported the highest amount of wheat, compared to the other nations. The amount dropped steadily at the year of 1986, and increased until it peaked at 25 million of tonnes in 1988. This number made Canada the most wheat-exporting country in the same period. After having the top position, the wheat exports of Canada declined rapidly to around 15 million of tonnes in 1989. From this year to the end point in 1990, Canada could only increase its wheat exports by about 5 million of tonnes.

Australia had its own story. Begun with the lowest amount of wheat exports, Australia was the only nation that could rise the export in the year of 1986, while others dropped the amount. The year of 1986 also became the highest achievement in wheat exports of Australia, because the amount reached its peak at around 16 million of tonnes in the year. Australia couldn't present any achievement anymore, after in 1986 the wheat exports fell slightly and it continued until the end year of period (1990) at around 10 million of tonnes. This amount was the lowest that Australia ever exported through the period, and the lowest compared to Canada and European community ever did during the same period.

Wheat exports at European community was different. It had a better growth than the other countries. From over the five-year period, European community only had one decrease in its wheat exports. It happened in the period of 1985 as the starting point to 1986. From 1987-1988 the export remained stable and tended to rise in the following year. It reached its highest amount at around 20 million of tonnes, exactly at the closing point. It was also the highest amount in 1990.
Take a look to the passage. There's should be an introductory, trends, body texts, and one that I couldn't think: CONCLUSION!! That's the hardest part besides my habit. Ya, my habit. I'm so narrative in telling a story, so describing, and it's not good for 150-words-report article. When I gave the article to my mentor, she just said: 'Zakiya, are you going to tell a story, or a report??'
(Hmmm, habit-changing is a 'lil bit hard to do, Ms., wkwk..)

Then it's gonna be my homework, makeover habit, learn to write the conclusion, and make peace with the crush inside my heart.. The last is gonna be the hardest. Falling in love is always complicated..

Gyaboooooooooo!!!!!!!!!!!!

Monday, April 11, 2011

Appearing / Disappearing

Now I feel like I really want to disappear from this world. How come? I don't know. I just want it. As the thing that I did weeks ago. It's not about my existence, well ya honestly, maybe it's a 'lil bit about it, but it's not that important.. (if I said it's not important, usually means the opposite).

Ok, it's important then. I really mean it.

I just want to go away, though everybody know that now, I'm in the middle of it. And this existence is not supposed for those people. It's just for a person. One man. (Nah, now I'm talking about man, boring..). Feeling hurt? No, I just see some scares. I'm scared. Of? Of undefined thing. I must use my backbone, for sure. I really should put back away that 'wish-bone', and take my 'backbone' in its original place. And disappearing is the way I make it happen, the way I put off my 'wish-bone', and use my 'backbone' again. Too much wishes isn't good at all. I should once again standalone, have a wish on my own, and make it come true from my own. I shouldn't wish anything from anybody.



And about disappearing, is it a great idea? Should I take this way to put off the 'wish-bone'? Are there no other idea?? Let me think.. (tik tok tik). The problem is, actually I need to be not disappearing. I should come up in order to track IM activities, because I still want to get into them. Tracking means appearing, disappearing means moron. Tracking means 'wishbone' and it's stupid, then disappearing means 'backbone'. Hmm, in fact it returns that these appearing and disappearing are actually a moron, both are stupid thing, indeed.. 

Gyaaaaabooooooooooooooooooooo!!!!! Heeeeeeeeeeeeeeeeelllppp!!!!!!!!

Monday, February 28, 2011

Wis, Udah..

Alhamdulillahirobbilalamin, akhirnya diwisuda juga. 23 Februari 2011. Berada di gedung Graha Sabha Permana, mendengarkan syahdu PSM bernyanyi, menunggu giliran pembagian 'map' ijazah, lalu menunggu lagi untuk pembagian 'map' (plus) ijazah pada wisudawan terakhir (which means the ceremony is finally over). Berfoto-foto, tertawa riang gembira, ya, tentu itu semua. Namun bagi saya rentetan ceremonial dalam gedung berasa yah, biasa aja. I was graduated 4 months ago, and my graduation ceremonial was canceled because of Merapi explosion. Dan karena menurut saya moment ini adalah momen penting dalam hidup saya, maka saya memutuskan untuk mengikuti wisuda periode berikutnya: this month, at Feb 23th, 2011. I had thought I would feel so wonderful, grateful, and joyful because of the ceremony inside the building. But the fact is different. Menatap gedung gsp, mendengarkan paduan suara bernyanyi, melihat berjibun wisudawan, dan mendengarkan pidato yang aneh dari rektor, membuat saya merasakan biasa aja untuk acara wisuda kemarin. Muka saya bener-bener pokerface.. Semacam gak ada 'greng' nya. Boring..

Ketika bertoga with: ijah (bestfriend), mom, brother and sister..
Namun perasaan-perasaan yang saya harapkan malah muncul di luar seremonial. Di luar gedung. Berikut yang membuat saya merasa wonderful, grateful dan joyful:
1. Kedatangan seluruh keluarga inti saya plus ksatria-ksatria kecil saya, yaitu ibu dan ketiga kakak saya serta keempat ponakan saya, juga 1 kakak ipar. Mereka sangat antusias untuk dapat melihat 'the last one' diwisuda s1. Rasanya sungguh diberkahi berada di antara orang2 terkasih. Gosh, I love them all..:)

Ksatria kecilku: koko-me with atta-jalu-alik and atta
2. Idem poin 1
3. Idem poin 1
4. Friends! Even I sing a stupid song in front of them..!

Saat dengan teman kos tercinta, dan bunga dari ponakan serta teman
Yang membuat saya bahagia pada saat wisuda kemaren adalah keluarga saya, kebersamaan dan kekompakan, kehangatan dan kecintaan yang mereka miliki. I really grateful having a very wonderful family.. Bayangkan, 4 bayi laki-laki berkumpul untuk wisuda saya!! Oh, I really love 'em..:)

me with flowers, my sist in law, my sist, and flowers from my ksatria n friend
Dan pasti mengerti konsekuensinya kan? Ya, ketika malamnya dan besoknya, setiap keluarga harus pulang ke tempat masing-masing, setiap ksatriaku dibawa untuk kembali ke rumahnya, hampa tiba-tiba. Mengantar ke stasiun dengan mata yang basah, melambaikan tangan dan kereta membawa mereka pergi saat sayup-sayup angin malam menembus pertahanan jaket merahku. Ya, hampa. Untuk beberapa waktu yang belum bisa ditentukan, cinta mereka tak bisa kudapat secara langsung....

Namun apa lah arti hampa bagi seorang yang sudah sering memaknai kehampaan?? To face it and to move on.. Hanya itu kan kata kuncinya? Rejection from Indonesia Mengajar memang sedikit menghancurkan puing-puing ketangguhan yang berhasil kubangun, dan moment wisuda yang ditakdirkan oleh Tuhan dengan mendatangkan seluruh keluarga tersayangku, kembali membangun keteguhan hati yang hampir remuk redam tersebut.

Hampa karna cinta dari keluarga tak dapat kunikmati secara langsung tiap hari. Tak bisa juga kuaplikasikan cintaku pada mereka sedemikian rupa. Sepertinya saya harus cepat-cepat berkeluarga, bermuara pada satu hati..

-ditulis dengan banyak ketidaksinkronan pikiran, hingga yakin antar paragraf jg sedikit 'linglung'-


Monday, February 07, 2011

No more Love talking..

So, I've been on 14th Jogja Islamic Book fair 2011 for about 4days. Yup, 4days! Creepy? (don't have a crap here, seriously!) And what's happening here? How is it doing? Mengasyikkan kah? Menyebalkan kah? Me 'whatever' kan kah?? Jawabannya: SEMUANYA!!


At first, tujuan saya ikutan ini adalah karena saya KETAGIHAN (apaan sih??). Ya emang gitu, ketagihan!!--> apaan lagi sih?? Ok, let me explain the history..

Pertama kali berada di Jogja pada tahun 2006 sebagai mahasiswa baru, saya sudah terjaring menjadi panitia pameran komputer Mediatech 2006, yang memang diselenggarakan oleh Teknik Elektro UGM bersama NY Organizer. Saat itu memang tujuan awalnya karena saya seorang Maba yang ingin mengasah kemampuan berorganisasi tinggalan jaman SMA. Ternyata yang didapat lebiiih daripada itu. Tergabung dalam sie publikasi membuat saya memilki berbagai pengetahuan dan kemampuan dalam hal publikasi. Capek? Ya, Tentu!! Berkali-kali rapat untuk strategi publikasi yang mantabh; negoisasi dengan pihak media sponsor: TV, radio, koran; koordinasi dengan seluruh panitia (yang kesemuanya diikutsertakan dalam penyebaran poster, spanduk, round-tag, leaflet, dan pemasangan baliho), serta yang benar-benar menghabiskan stamina pra-acara: kelilingliling untuk menyebarkan para poster! Nah kan? Kalo anak gak niat pasti ogah deh disuru begini2an.. But for me, it was fun, working with friends is always FUN!!

Berada di tim publikasi saja sudah memberikan banyyaaak sekali pelajaran berharga bagi saya, belum lagi ketika menjadi tim operasional yaitu tim saat hari H, di mana seluruh tim bergabung untuk acara pameran: seksi keamanan, seksi kelistrikan (gen-set, dsb.), seksi dokumentasi, seksi acara, seksi ticketing, seksi konsumsi, seksi front office, seksi............... (lupa dah). 5 hari pameran komputer, gonta ganti antara ticketting dan FO serta check in check out untuk peserta, ternyata sangat melelahkan, dan merupakan ajang pembelajaran yang 'bagus' sekali. Berinteraksi dengan banyak sekali orang tak dikenal. Seluruh panitia belajar. Seluruh panitia berinteraksi dengan orang asing: pengunjung, peserta pameran, tukang parkir.. dan itu jumlahnya tidak hanya ratusan, bahkan ribuan. Di sini lah kita belajar bagaimana berinteraksi dengan klien, bernegoisasi, bersahabat dengan orang yang tidak pernah kita kenal sebelumnya. Media pembelajaran kedewasaan kalo saya boleh bilang. Dan saya KETAGIHAN karenanya. Ya, menjadi dewasa yang dapat mensikapi semua situasi dan kondisi dengan benar, itu yang membuat saya KETAGIHAN. Sejak saat itu pun, saya berusaha untuk terus meningkatkan level kedewasaan tersebut. Bertemu dengan banyak pihak, bergerak, mengurus sesuatu, dan menang: mendapatkan level penyesuaian diri yang cukup tinggi, level pemahaman yang juga cukup tinggi..

Dan sampailah pada ketika saya melihat rontek (round-tag) milik Jogja Islamic Book fair 2011 di perempatan selokan Jakal. Saya sih sudah familiar dengan pameran buku ini. Lalu atas nama nganggur dan ingin part time sembari nunggu keputusan dari Indonesia Mengajar (sekalian cari makan gratis untuk beberapa hari ke depan, wkwkwk), maka saya iseng nelpon penyelenggara book fair tersebut. Saya pikir daripada nomor organizernya (di rontek) dianggurin, maka saya dial saja untuk iseng-iseng berhadiah makan gratis (cah kos banget deh), dan saya pun sok2 melamar jadi pembantu umum pantitia. HAHAHA. Ditanyain: "bisa full time?", saya langsung jawab "Bisa!", "Transportasi?" saya bilang: "gak masalah mbak", "dibayar segini?", saya langsung jawab: "gak papa mbak" sambil dalam hati bilang 'yang penting makan gratis', jyaaaaaaahhh sumpah gak tau malu!! Padahal itu H-1 pameran!!! Sakiit jiwaaaaaaa!!!!

But don't judge me like that, that was so rascal. Bila anda tau saya, tau lah maksud di balik apa yang saya lakukan kali ini. Makan gratis? tentu iya (lumayan buat lulusan nganggur yang masih dapet duit dari ortu). Tapi misi kali ini adalah completely challenging myself. Langsung terjun ke dalam suatu sistem tanpa mengerti bagaimana backgroundnya, bagaimana lingkungannya, bagaimana kondisi sosial di dalamnya, jenis apa sajakah orangnya, wataknya seperti apa, apa yang mereka senangi dan tidak senangi, dan segala macam tetek mbengek yang ada dalam sebuah sistem. And I challenge myself on it. I don't know who's the organizer, I never met them before, I just once called them, then I tried to throw myself away into them. Dan ketika sukses berada di dalam sistem tersebut, sukseskah saya kemudian menjalaninya? Can I pass it? Can I gather and work with them, people I never knew and never knew me? Can I be as matured as I wanted? Can I work my best even with imperfect condition?? Those are the questions behind the label 'Why I did this'. 

So how's the result so far?? When I said 'SEMUANYA' at the start, I really meant it. Semuanya terjadi. Yang sudah kuduga sebelumnya: TIRED!! Kelelahan sampe alergi selalu muncul, itu terjadi. But it's not a big deal, sudah biasa kalo saya collapse ketika kerja keras. Lalu tentu crash pendapat juga hadir mewarnai. Dan satu lagi yang telah saya prediksi: bertemu dan bekerja dengan tipikal orang yang sangat sangat sangat tidak saya sukai: the one who asks to be understood but never get realized that he/she never tries to understand the others, seseorang yang selalu menuntut untuk dimengerti padahal dia tidak sadar bahwa dia tidak pernah mau mengerti orang lain. Itu juga terjadi. Saya bekerja dengan orang seperti itu. Tapi di sini lah letak tantangan itu. Saya harus bisa menghandle emosi saya. Maka saya menghadapinya dengan emotionless: 'WHATEVER walopun anda tidak mau memahami saya, tapi demi kelancaran tugas, saya bersedia memahami anda, Anda adalah sosok yang belum tahu, dan saya harus memaklumi kebelumtahuan anda.' And it works well so far, I CAN COMPROMISE WITH MY DISLIKE!!!!!! Completely good news, rite??(dance).

Tidak hanya ketidak bahagiaan, ada juga kebahagiaan tentunya. Melayani orang-orang baru seperti pengunjung dan peserta dengan ikhlas dari hati, waahh itu saya suka sekali. Layaknya ketika saya mendesain dan mengurus kaos Plurk untuk teman-teman. Sekali lagi, saya KETAGIHAN dengan hal semacam ini. Ever heard about the happiness of serving? kebahagiaan melayani, yang katanya merupakan kebahagiaan dengan level tertinggi? Do it from your heart and your heart is fulfilled with happiness!! Dan ketika melayani untuk kupon pengunjung, atau melayani informasi lainnya, entah mengapa saya senang sekali melakukannya.. Yeah, the theory about the highest happiness is completely right..

Dan SEMUANYA pun saya rasakan. Persahabatan yang baru saya dapatkan. Bertemu dengan orang-orang bervisi misi menakjubkan. Bertemu dengan artis yang saya tidak kenal (dan tentunya biasa aja karna saya ndak dhong kalo itu artis.. #Jeki dilawan). Bersenda gurau dengan pengunjung yang notabene orang asing. Komplain pengunjung dan peserta atas sesuatu. Bekerja dengan orang yang gigih dan berpikir solutif. Semuanya saya rasakan. Anger. Happiness. Sadness. Tired. Hunger. Hate. Love. Care.

Wait a minute. LOVE??? Oh, Crap Apple!!! 

Hahaha, no more LOVE talking, pameran masih 3 hari lagi, and I better sleeping preparing myself than talking about something undefined like  hell yeah.. LOVE...!!! Sampai jumpa di kala saya sudah kembali pada jam tidur yang normal..!!! 

Thursday, February 03, 2011

Buah Simalakama

Mesir yang bergejolak. Berita yang dahsyat. Setelah berita mengatakan bahwa Tunisia berhasil dengan penggulingan penguasa oleh rakyat, Mesir kemudian bergejolak, menginginkan tujuan serupa. Mengikuti apa yang ramai dibicarakan media mengingatkan saya atas sesuatu bernama 'titik agregasi' yang saya cuplik dari buku 'Jihad Gerakan Intelektual' milik mas Suharsono (sok kenal aja nih, makanya pake mas, hahaha).  Dalam buku ini, titik agregasi didefinisikan sebagai limit toleransi penindasan yang tidak boleh dilampaui dan bila dilanggar maka pihak tertindas akan mengambil tindakan-tindakan revolutif untuk upaya pembebasan, bahkan sangat mungkin untuk terjadinya balas dendam kepada penindas. We O We, WOW!! Mesir tentu telah tersentuh titik agregasinya, sehingga masyarakat sebagai pihak tertindas bergerak, menuntut penguasanya turun. Namun apakah titik agregasi itu sebuah parameter yang obyektif? Apakah harus menunggu 30 tahun ditindas baru kemudian tersentuh titik agregasi tersebut?


Tentu tidak. Menurut Mas Suharsono, titik agregasi tidak dapat dinilai secara obyektif, tetapi merupakan "realitas interaktif" yang tergantung atas kesadaran dan keberanian, bukan tergantung atas besarnya penindasan. Rakyat Mesir lah yang sepenuhnya sadar dan berani untuk bergerak revolutif, walaupun kesadaran dan keberanian tersebut termotivasi dari gerakan massa di Tunisia.
Tidak harus 30 tahun tentunya. Bahkan negara kita sendiri, 350 tahun ditindas Belanda. 350 tahun dan bukan 30 tahun.. Sepertinya sangat muram sekali..

Bila dikaitkan dengan pemerintahan Indonesia, 1998 memang berjibun massa bergerak, banyak media mengatakan peristiwa tersebut merupakan Cheos milik Indonesia, Soeharto turun, atau apa pun namanya. Titik agregasi kah? tindakan revolutif kah? Tentu iya. Namun kemudian terbukti, pegganti-pengganti Soeharto belum mampu menyelesaikan masalah crucial di negara tercinta. Soeharto diturunkan bukan untuk kebaikan bangsa (walaupun dampaknya memang mendewasakan bangsa), malah muncul penguasa baru yang juga tidak bener.. Apakah titik agregasi di Indonesia ini dijadikan sebagai alat untuk menjatuhkan pemimpin, kemudian kursi kepemimpinan diambil alih oleh pihak yang notabene memiliki kepentingan, bukan atas nama rakyat?? Apakah selalu demikian?? Bila demikian, maka kesadaran dan keberanian rakyat untuk bergerak revolutif, pada akhirnya hanya nonsense belaka. Kesadaran dan keberanian hanya digunakan oleh mereka yang memiliki kepentingan untuk menjadi seorang pemimpin, menggantikan pemimpin sebelumnya yang dinilai sudah gagal.

Dalam masa sekarang pun, saya menjadi takut (tentu bukan titik agregasi itu yang saya takutkan). Tunisia, Mesir, dan sepertinya pada masa kemudian akan disusul oleh negara-negara Timur Tengah lainnya. Besar kemungkinan akan merembet ke masyarakat di seluruh dunia, yang juga merasa tertindas, bisa jadi juga memotivasi negri kita untuk melakukan hal serupa (yang bukan hal baru untuk kita). Saat ini pun rezim SBY sudah mulai menunjukkan hasil penindasannya. Beberapa pihak sudah mulai memprovokasi massa untuk bergerak, bergejolak. Beberapa di antaranya menyebarkan kesadaran dan keberanian untuk bebas dari penindasan karena murni untuk menghapuskan kebrobrokan rezim kemudian untuk kemajuan bangsa, namun beberapa di antaranya juga memiliki misi. Yang terakhir ini yang saya takutkan. Sebuah konspirasi, menciptakan suasana agar titik agregasi tersentuh, kesadaran dan keberanian muncul, masyarakat bergerak mendongkrak haknya, penguasa runtuh, kemudian sebagai penggantinya hanyalah rezim yang sama yang membawa pada kondisi tertindas lagi, titik agregasi lagi, pergantian pemimpin lagi, tertindas lagi, titik agregasi lagi,  pergantian pemimpin lagi, tertindas lagi..... fiuuuhhh, entah sampai kapan..

Ini kah yang disebut buah simalakama? Bergejolak berarti memutar roda penindasan lagi, tidak bergejolak berarti tetap tertindas oleh rezim sekarang.. Hmmm, saya sih yakin buah simalakama ini akan segera berakhir, kita akan bergejolak dan mendapatkan seorang pemimpin yang berdedikasi tinggi, yang membangkitkan bangsa, entah bagaimana caranya.. karena bagaimana pun yakinnya saya, rasa takut itu masih ada..

Namun sepertinya saya harus tenang, karna esok saya harus bangun pagi.. (Oh No!!!)

-60 minutes in writing-  

Jiaela, blog saya kali ini seriuss amiirr daaah, heran.. (_ _")a

Sunday, January 02, 2011

It's not a year resolution..

First post for this year, on January 2 2011, and it's not 2010 anymore. So, what resolution do you have? Mine is about 1280x800, hahaha.

Year resolution? Whatever..

Memang sudah lama saya tidak menulis, bahkan terasa kaku sekali ketika memulainya. Banyak sekali hal yang berubah. Saya tidak terlalu aktif (exist) lagi di dunia jejaring sosial macam Plurk (karma saat ini: pas-pasan), dan Facebook (karena mobile version, maka tidak terlalu intens menjalin silaturrahmi di sana). Akibatnya adalah saya merasa kehilangan banyak teman. Pasalnya dunia Plurk dan Facebook diisi oleh komunitas saya selama ini: makhluk elektro. We don't see each other everyday, but usually interact in every minute by those social networking. Plurk dan Facebook benar-benar sangat handal dalam mengakrabkan teman yang sudah akrab. Dan sejak saya vakum darinya, otomatis saya merasakan kehilangan komunitas, kehilangan titik nyaman. Haha, bodoh sekali saya menuliskan hal ini. Bodoh karena itu memang sudah menjadi keputusan saya. Saya sudah lulus, dan sudah saatnya memiliki komunitas baru. Sudah mulai saya tinggalkan yang lama, tapi seperti menyesali apa yang telah saya lakukan. Sumpah, betapa hanya omong kosong.. ha ha . .

Lalu saya tidak sengaja pergi dari Jogjakarta, yang bisa dilihat sebagai plesir atau jalan-jalan, tetapi sejatinya memiliki misi tertentu. Rencana pada akhirnya tidak dapat terlaksana dan di sinilah saya, beberapa kali perjalanan singkat ke bandung dan jakarta, silaturrahmi nyata dengan sanak sodara, dan pulang ke malang lumayan lama. Dan ini menyenangkan sodara-sodara. Rumah memang selalu menyenangkan.. :)

Hanya ditemani 3 novel yang tidak satu pun sudah saya khatamkan, HDD yang berisi movie2 yang pada akhirnya tidak saya tonton, serta ponsel music berisi mp3 buble sehingga saya sangat kangen dengan coldplay, sedang mp3nya tertinggal di laptop. Bagus sekali. Pada akhirnya saya memiliki kegiatan saya sendiri di rumah. Kegiatan yang saya senangi: membaca (sedikit-sedikit), mencari kutu kucing, bertengkar dengan ponakan berumur 2,5th, membuka email, membuat rajutan, mengecat (hanya satu sisi tembok kecil), dan tidak ngapa-ngapain (bahkan saya tidak yakin yang satu ini termasuk kegiatan).
My new face of eat, pray, love novel..:D
Paling tidak saya mendapat sesuatu yang berharga dalam eat, pray, love, novel yang baru setengahnya saya baca. Ini tentang arti belahan jiwa menurut Richard, tokoh dari Texas teman pelaku utama ketika berada di India. Arti soulmate yang 'wow', it's out of my mind, benar2 di luar dugaan. Saya menyenangi hal semacam ini, maka seperti ini cuplikannya:
Orang berpikir seorang belahan jiwa adalah orang yang paling tepat bagi dirinya, dan itulah yang dikehendaki oleh setiap orang. Tetapi seorang belahan jiwa yang sejati adalah sebuah cermin, orang yang menunjukkan kepada kamu segala sesuatu yang merintangimu, orang yang membawa kamu untuk memperhatikan dirimu sendiri sehingga kamu dapat merubah hidupmu. Seorang belahan jiwa yang sejati mungkin orang yang paling penting yang pernah kamu temui, karena mereka menjatuhkan dinding pertahananmu dan menamparmu sampai kamu terjaga. Tetapi hidup dengan belahan jiwa selamanya? Nah. Sangat menyakitkan. Belahan jiwa, mereka datang dalam hidupmu hanya untuk membuka satu lagi lapisan dari dirimu dan kemudian pergi. Dan terima kasih Tuhan untuk itu semua. Masalahnya dengan kamu adalah, kamu tidak dapat membiarkan belahan jiwa ini pergi. Semuanya telah berakhir Groceries. Tujuan David hanyalah untuk menggugah kamu, mendorong kamu untuk keluar dari perkawinan yang harus kamu akhiri, sedikit mengoyakkan egomu, memperlihatkan kepadamu rintangan-rintangan dan kecanduan-kecanduanmu, membuka hatimu sehingga sinar baru dapat masuk, membuat kamu putus asa dan tidak terkendali sehingga kamu harus mentransformasikan hidupmu, kemudian memperkenalkan kamu pada guru spirituilmu, dan berangkat pergi. Itulah tugasnya, dan dia melakukannya dengan baik, tetapi sekarang semuanya telah berlalu. Masalahnya adalah, kamu tidak dapat menerima bahwa hubungan ini merupakan hubungan yang singkat tetapi berguna. Kamu seperti seekor anjing di tempat pembuangan sampah, sayang - kamu hanya menjilati sebuah kaleng kosong, mencoba untuk mendapat sedikit nutrisi dari kaleng tersebut. Dan jika kamu tidak berhati-hati, kaleng tersebut akan menutupi moncong mulutmu selamanya dan kamu membuat hidupmu menderita. Jadi jatuhkan kaleng itu.
Tetapi aku mencintainya.
Cintailah dia.
Tetapi aku merindukannya.
Rindukanlah dia. Kirimkan kasih dan sayangmu setiap kali kamu mengingatnya, dan kemudian lupakan. Kamu hanya takut untuk melepaskan David karena kemudian kamu akan merasa benar-benar sendiri, dan Liz Gilbert sangat ketakutan dengan apa yang akan terjadi jika dia benar-benar sendirian. Tetapi inilah yang harus kamu pahami, Groceries. Jika kamu membersihkan tempat dalam pikiranmu yang sekarang kamu gunakan untuk menyimpan kenangan akan laki-laki ini, kamu akan mempunyai tempat kosong di sana, suatu tempat yang terbuka - sebuah pintu masuk. Dan tebak apa yang akan dilakukan alam semesta dengan pintu masuk tersebut? Alam semesta akan cepat-cepat menuju ke tempat itu - Tuhan akan cepat-cepat menuju tempat itu - mengisimu dengan cinta yang lebih banyak lagi yang belum pernah kamu impikan. Jadi berhenti menggunakan David untuk menghalangi pintu itu. Biarkan dia pergi.
Tetapi saya berharap David dan saya dapat -
Lihat. Itulah masalahmu. Kamu terlalu banyak berharap, sayang. Kamu harus berhenti menggunakan wishbone mu dan meletakkan kembali backbonemu di tempatnya.

Belahan jiwa adalah cermin, menunjukkan segala sesuatu yang perlu kita perbaiki, dan terlebih membuat kita menjadi baik. Itu pandangan Richard, dan ternyata kalo dipikir2 lagi, bener juga kata2 Richard dari Texas tersebut. Yang banyak menjadi masalah untuk kaum wanita (Mungkin demikian juga dengan kaum pria) adalah bahwa kami tidak dapat menerima bahwa hubungan dengan seseorang yang kami yakini adalah belsahan jiwa kami merupakan hubungan yang singkat tetapi berguna.

Setidaknya ini sangat mengena untuk masalah saya yang dulu (yang itu-itu saja). Saya benar-benar pernah merasa bahwa dia adalah belahan jiwa saya, dari segala rasa yang saya miliki. Dan ya, benar. Dia bisa jadi atau bahkan sangat mungkin merupakan belahan jiwa saya. Dia menenggelamkan saya, mengubur saya, membuat saya marah setengah mati, menampar saya sampai saya terjaga, benar-benar terjaga. Saya rasa dia benar-benar soulmate saya, tapi bukan jodoh saya. Harga mati.

Kirimkan kasih sayangmu, kemudian lupakan. Bila tidak sanggup lebih baik langsung hapus dia, dan jangan gunakan dia sebagai penghalang bagi alam semesta untuk masuk ke dalam diri kita. As Richard said: Let him go.. Ikhlaskan dan akan kita dapatkan cinta Tuhan.:)

Liz Gilbert (penulis) memang memiliki pengalaman perjalanan yang menarik. Saya sangat tergugah untuk mencari Tuhan, dimulai dari titik nol, sangat tertarik untuk mempelajari tafsir Al-Qur'an, hadits, sholat yang benar, dan bertemu Allah. Amin, amin, amin.

Satu lagi kata-kata yang melegakan untuk seorang yang pernah sakit hati (seperti saya) dari buku Elizabeth Gilbert: "Hanya ada dua pertanyaan yang selalu diperdebatkan oleh manusia sepanjang sejarah. Seberapa besar cintamu padaku? Dan Siapa yang memegang kendali?" kemudian yang berujung pada kalimat: "Kamu tidak tahu betapa besarnya cinta saya!!!". Sangat melegakan mengetahui bahwa kita bukan satu-satunya yang pernah sakit hati. It's so common.

Well yeah, everybody hurts, dan yang membedakan adalah bagaimana kita bangkit dari keterpurukan tersebut. Saya sudah bangkit, dan saya berharap Anda juga demikian..:)