Monday, September 12, 2011

Purnama Ini

Mungkinkah itu purnama yang sedang kulihat lewat bening genting kaca atap kamarku? 
Aku memikirkanmu, seseorang yang aku tiada tahu seperti apa raut mukamu..

Apakah kau juga melihatnya? Purnama di bulan syawal yang putih bulat menemani bintang malam semesta? Putihnya kadang menerangi awan yang menutupinya, cahayanya berpendar meninggalkan bayangan misterius yang membuat malam semakin terasa dingin. Sedikit lucu kata-kata yang baru saja kutuliskan. Aku belum tahu malam di tempatmu sedingin ini atau malah membuatmu berkeringat. Jangankan tempatmu, senyummu seperti apa pun masih misteri besar bagiku.

Beberapa hari yang lalu aku mencoba berdamai, setelah sebelumnya kutunda beberapa hari karena takut hanya sebuah tindakan emosi dari diriku. Aku berdamai dengan seseorang, satu-satunya orang yang pernah memiliki komitmen denganku. Iya aku tahu, kukira juga aku sudah berdamai dengannya. Namun kematian ayahnya beberapa waktu lalu sedikit mengguncang hatiku, sehingga aku harus mendamaikannya. Baiklah, kutarik lagi kata-kataku: Aku tidak berdamai dengannya. Yang sebenarnya kulakukan adalah aku berdamai dengan hatiku sendiri. Dia sungguh keterlaluan. Hanya dengan berita menyedihkan seperti itu, bisa-bisanya terguncang, dan membuat pertanyaan-pertanyaan itu muncul ke permukaan lagi, setelah selama ini berhasil dengan baik kuatasi. Hatiku itu susah sekali sadar bila hal ini hanya merugikan, tidak pernah ada untungnya bagi utuhnya diriku. Sial. Sial. Sial. Ramadhanku, sempat-sempatnya tergores oleh hal seperti ini. Kau tahu, aku bahkan sempat menanyakan bagaimana rasanya akan menikah dan terikat suatu komitmen yang satu level lebih tinggi dari ikatan kami dulu. Gosh, how pathetic I am.. (Present nih? Jih..)
I also sketch, do you?
Ujungnya pun aku memikirkanmu. Kadang memang memikirkan kedatanganmu. Namun saat ini aku lebih tertarik kepada visi hidupmu. Kau tahu, band faforitku diduga mengidap sesuatu yang tidak baik. Ini sangat menyulitkan bagiku. Kadang aku berfikir terlebih dahulu sebelum akhirnya mendendangkan lagunya di kamar mandi. Ini suatu hal yang secara otomatis kulakukan, dan sangat sulit untuk tidak mendendangkan lagunya. Kau tahu, seperti melakukan sesuatu yang sedikit melanggar norma yang kau yakini. Seperti ikut serta dalam konspirasi besar yang menggulingkan dunia. Seperti itulah beratnya. Hal ini menjadi momok bagiku. Monster di tiap mimpi dalam tidurku. Bagaimana bisa, sebuah band yang aku suka karena aksi sosialnya, diduga kuat mulai berkhianat pada apa yang mereka perjuangkan di awal? Bagaimana bisa band kesayanganku menjual jiwa mereka?? Oh Gosh, how could I be this pathetic?? O.o

Lalu bagaimana denganmu? Apa yang akan kau lakukan dengan hal seperti ini? Apa yang akan kau lakukan dengan sesuatu yang pada awalnya kau sukai dan pada saat kemudian menjadi sangat kau sukai, lalu terbukti sesuatu itu berubah dengan penyimpangan yang tidak terlihat, namun secara fundamental berubah? Apa yang kau lakukan pada hal yang telah lama kau taruh rasa atasnya lalu masih dengan rasa itu kau mengetahui sesuatu atasnya yang bertolak belakang dengan prinsipmu? Jelas ini hal yang tidak mudah bagiku. Sangat tidak mudah ketika akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri kesukaan itu. Walaupun butuh waktu yang lama, mungkin ini lah yang akan kulakukan pada band kesayanganku. Toh juga aku pernah melakukan hal serupa sebelumnya..

Bagaimana dengan ceritamu? Pasti banyak sekali cerita yang kausimpan yang ingin kau bagi untukku. Tentang wanita-wanita dalam hidupmu, tentang band kesayanganmu, atau sekedar tentang teori konspirasi yang pernah singgah dalam mimpi burukmu. Ah, aku terlalu yakin bahwa kau juga sama denganku, sama-sama tertarik dengan sesuatu yang berbau konspirasi. Padahal, sekali lagi, senyummu seperti apa pun aku tak tahu..

Dalam purnama ini, apakah kau juga memimikirkanku?