Tuesday, January 19, 2010

Let me go, boys, Let me go..
Push my boat from the highest cLiff to the sea beLow..
Rocks are waiting, boys, rocks await..
Swoop down from the sky and catch me Like a bird of prey..

Now my feet wont touch the ground, now my head, won't stop..
You wait a lifetime to be found,
now my feet wont touch the ground..

-coLdpLay-
They said that 'now my feet won't touch the ground', i feeL Like i won't to, but i can't. It feeL Like my feet won't touch the ground, my body Likes to fLy away, but someone out there wiLL not make it. He choosed being neutraL, and it seems to be something, he seems trying to say: "hey girL, wake up! Mind ur thought! Mind ur shit! Don't be siLLy to think that I'LL make your feet not touching the ground one more time! Nope! Wake up! I reaLLy won't ever do that! Not even more!!"

WeLL heLL yeah, today i get his revenge. WeLL, i think revenge is aLways be so awsome and kiLLing me softLy: Pushing my boat from the highest cLiff to the sea beLow...

KiLL me with your revenge..:-)

Friday, January 15, 2010

I'm getting alive..


Ternyata rasa sakit sehari ini asalnya dari perasaan. Kukira hanya sesak karna sehari sebelumnya saya tiada tidur. Kukira cuma gejala mau angina aja, tapi ternyata bukan. Sekarat menangis kemarin belum sepenuhnya melepas masalah rupanya. Hell well the main problem is not my crying itself actually..... Hell yeah, it's not...

Tuhan, saya ingini hati dan tubuh saya baik-baik saja. Saya memang lagi kacau balau, tapi paling tidak kumohon secepatnya kacau balau itu bisa benar-benar menjadi rutinitas, sehingga saya bisa menghadapinya dengan lebih normal lagi. Ya Tuhan, menjadi kacau itu tidak enak rasanya. Siapa juga yang bilang enak, hihih..

Yang saya tahu dia pantang untuk mengganggu saya lagi, dan saya tahu jelas apa alasannya, yang pada akhirnya menohok saya untuk tidak mengganggunya: We have our own life, HE has his own...  I just..... yeah, mungkin bertepuk sebelah tangan, atau apa lah namanya. But for my shake, saya harus menghapus harapan saya. Allohuakbar, susah juga ternyata.. Fiuuuuhhhhhhhh........ But I, definitely will try it. I won't bother him again. I'll keep it. Gosh give me some strength, give me some power, give me some strong point. I know this feeling, and I know how sad it will be: my unspoken feeling, my one-sided feeling. Klo dua terakhir ini sih, saya sudah pengalaman, though it would be soooooooooo sad.

Yang harus saya wanti-wanti adalah sesuatu yang berat, yaitu: saya harus menghadapi ini semua, sendiri, dan tanpa menganggu pihak lawan. Sendiri. Padahal ada sesuatu yang belum selesai, dan sebenarnya harus diselesaikan. Bila tidak, pasti kejadian yang kemarin2 datang lagi: menahan, menahan, menahan, dan meledakkan segala sedih yang ada. Wah, wah, saya tidak tahu lagi harus bagaimana. Menyelesaikan sepihak saja sudah menyalahi konsep menyelesaikan masalah. H a h a . Kotak pandora nih, segala sedih hadir keluar, padahal gak inget kapan masukin sedih-sedih ke kotaknya..(woot)
Istilahnya kami tidak akan bertemu lagi, atau ber-sms lagi, atau berhubungan lagi. Setidaknya dari masing-masing kami, saya yakin, untuk memulai menghubungi akan sangat susah: saya yang sudah merasa tertohok untuk tidak menghubungi lagi, dan dia yang tidak tahu mengapa sangat keukeh untuk tidak menghubungi saya.
Good news nya, tebakan saya mengapa dia tidak pernah menghubungi saya adalah karena I'm just no one anymore for him, istilahnya dia sudah menghapus saya. Kata teman saya, Nidji berkata: hapus aku.. H a h a, ternyata tanpa bilang pun saya sudah terhapuskan lebih dulu. Then it was a goodnews for me, something sadly will be covered by happiness. I just need to be tough and patient. Well, actually I'm not really sure about this, hihihi..
Surley, or unsurely things, this is me who will FACE it. Surely or unsurely things, this is me who will be tough and patient. I'll FACE it, no matter what. I'll be tough, and patient, no matter what. This is my problem. Not his problem, or our problem. It's mine. It's mine. Totally mine.

I know who was the one that trully in love with. It was me. It was me, and the love is coming up, flooding my heart, wild and deadly.
Wild, and deadly.
I'm dying, and getting alive, again and again...
I'm getting alive!!!!(yahoo)


Tuesday, January 12, 2010

T_T


Aku hanya mencoba berkata-kata lagi. Kata orang sedih bisa membuat hati kita sangat berkata-kata, maka benarlah kata orang itu.

Kalap, dan menangislah saya menjadi-jadi. Rasanya menusuk di sini, di sebelah kiri rongga dada, menusuk, kemudian menjalar: denyutnya semakin menjadi, dan terlebih untuk beberapa mili detik kemudian, sesuatu memerintahkan mata untuk menjadi panas lalu meleleh, hidung pun berkombinasi dengan iringan pecahnya tangis yang ada. Jantungku berdegup kesakitan karna serasa tertusuk sesuatu, mataku merah membara dengan linangan air mata, hidungku tak kuasa tuk bernafas secara normal, diperlengkap dengan sound effect dari organ mulutku: isak tangis pun semakin menjadi. Pikiran galau, pikiran menyatu dengan hati: "ini sangat sakit", katanya.

Hidup sendiri pastinya akan menyenangkan, karna kita bisa menangis sebebas-bebasnya tanpa ada diketahui orang lain. Tapi lain kondisinya denganku. Aku harus menahan isak tangisku agar tetap terkontrol, dan sebisa mungkin untuk tidak diketahui oleh seorang pun penghuni kosku (kecuali aku tentunya). Dan jadilah diriku yang menangis dalam diam. Dan layaknya menangis dalam diam menahan isakkan yang ada: rasa itu semakin nyata sakitnya, semakin menusuk, lalu seketika menjalar memenuhi merah mataku dengan air, tumpah berlinang, nafas yang tak beraturan, pikiran yang tak terkendali, isak yang ditahan-tahan agar tidak terlalu menimbulkan perhatian penghuni kos lain, dan kembali lagi ke siklus sebelumnya: rasa sakit yang menusuk-nusuk, merahnya mata, linangan air mata, dst, dst.. Kubilang dan seterusnya, karena siklus ini terus berulang, hingga beberapa saat berakhir, dan kemudian dimulai lagi entah karena apa (pasti karna rasa sakit itu terulang lagi, terpikir lagi), kemudian siklus yang demikian pun kembali berulang juga: menangis menjadi, sedikit berhenti, menangis kembali, kembali, dan kembali.

Aku ingin menumpahkan rasa ini. Ingin rasanya kuambil handphone, kukirim sebuah pesan singkat pada seorang pembuat menangisku, apa pun, sehingga dia tahu bahwa diriku sedang sakit di sini, terpuruk karenamu, sesenggukan tak terkendali, dan tak bisa berbuat apa pun untuk menghentikannya. Aku ingin mengatakan rasanya sakiiiiiiit sekali, seperti yang lalu-lalu, menusuk-nusuk, dan tidak bisa kukendalikan: rasa itu sangat liar dan kejam. Aku ingin mengatakannya dengan sepenuh hati, sebelum aku sadar aku ini siapa. Aku bukan siapa-siapa. Saya hanya seonggok masa lalunya, dan dia satu-satunya masa laluku. Siapakah gerangan yang bisa merasakan rasa pedih dan sakit ini selain diriku? siapakah yang merasa paling sakit ketika aku tersakiti? Bahkan bayang ayahku, ibuku, serta merta mengiringi isak tangisku.

Meledaklah lagi tangis di mataku, kali ini dengan rasa yang sangat perih, bukan lagi hanya menusuk2, kini sakit itu sudah mulai menimbulkan luka menganga: perih nyata terasa. Linangan air mata pun semakin hangat terasa, semakin menghangat, nafas semakin tak karuan karena rongga hidung yang penuh oleh lelehan ingus yang tau-tau ikut menjadi banyak saja ketika deras air mata mengucur, isakan tangis tetap tertahankan. Meledaklah tangisku, meledak dalam diam. Menahan sakit dalam bungkam. Menahan bayang-bayang yang kembali muncul.

Dalam tangisku yang demikian, aku pergi meninggalkan tubuhku sebentar, melihat diriku meringkuk merunduk dengan segulung tissue di sebelahnya. Aku melihat betapa rapuhnya diriku, mengisak dalam diam, air mata tiada henti mengalir, terkadang tanpa isakan tapi air matanya tetap deras mengalir. Sesekali dia mengangkat mukanya, menghadap ke langit-langit, menahan keluarnya air mata yang semakin membuncah karena luka itu semakin terbuka menganga, luka itu melebar dan diriku sangat kesakitan dibuatnya. Bukan hanya goresan memar berdarah yang ia dapat, tapi cabikkan nanar yang nyata. Miris aku melihatnya, dan sebentar saja aku kembali tersedot masuk menyatu dengan tubuhku, kembali merasakan perihnya menangis dalam diam.

Sangat capek rasanya memproduksi derasnya air mata yang bertubi-tubi, belum lagi capeknya mengisak dalam diam, juga capeknya merasakan sakit yang mencabik-cabik hati di dalam sana. Semerta-merta naluri manusia untuk bertahan itu ada, muncullah naluri bertahanku: saya harus bertahan, saya tidak boleh mati kecapean karna menahan isak tangis kesakitan, saya harus berhenti menangis. Maka apa pun dilakukan diriku. Sesenggukan menangis diiringi bisik istighfar, diiringi bisik istighfar lagi, istighfar lagi, dan ternyata malah semakin menjadi sesenggukan itu. Lalu kucoba untuk mengalih hatikan dengan menulis, percuma adanya. Kucoba untuk sholat, tangisku semakin menjadi. Menulis status di Plurk dan Facebook, dan disuruhnya aku oleh mereka untuk mencoba tidur, kemudian itulah yang kulakukan. Mematikan komputer, dan berbaring. Kali ini kucoba dengan bisikan istighfar seperti yang sebelumnya, isak sembari beristighfar, dengan tetap berpikiran bahwa aku harus mengendalikan emosiku. Istighfar sambil terisak untuk kendali emosiku.. Istighfar terus, terus, dan terus, dan kemudian aku tertidur.

Lalu aku bermimpi. Mimpi ini sepertinya datang dari otakku, karena aku tidak tidur terlelap, hanya mataku yang terpejam karna capek menangis. Mimpi, atau pikiranku itu lebih tepatnya, sangat menentramkan. Seorang yang aku menangis karenanya, mengetahui bila aku sedang sekarat sesenggukan, dan tidak bisa berhenti menangis. Seorang ini sudah tahu pasti tipikal menangisku seperti apa. Lalu dia mengirimiku sebuah hadiah kecil, dan sebuah pesan: "jangan menangis, semuanya akan baik-baik saja, aku masih bersamamu". Pesan yang sangat kuhindari selama 9 bulan terakhir ini. Entahlah, tapi mimpi mendapat pesan demikian darinya, sangat membuat tentram hatiku. Dan kemudian aku terbangun setelah hanya 2 jam tertidur seadanya, bermimpi seadanya. Aku terbangun dan tersenyum, seolah tangisku sudah reda. Kukira akan begitu selamanya, tangis reda, usai derita ini. Ternyata hanya mimpi, dan tenggelam sudah rasa tentram itu, air mata belinang lagi, dan entahlah apa yang harus kuperbuat lagi.

Betapa sangat menyusahkan. Aku sudah lama tidak menangis seperti ini, terlebih sudah lama sekali aku tidak menangis karnanya. Dan sekali saja menangis, keluarnya seperti ledakan. Rasanya seperti sehari yang lalu masih bersamanya. Agaknya ini sebuah bom waktu untukku. Yang di dalam sana sudah sangat kukekang, sudah kuajak berlari selama 9 bulan lebih, sudah protes dari dulu dan tak kugubris. Yang di dalam sana menyimpan sesenggukannya, untuk kemudian di keluarkan di malam ini. Betapa sakitnya. Betapa konyolnya diriku ini, berlari tanpa melihat realitas yang ada. Betapa tololnya. Menyesal aku telah berlari, dan penyesalan pun agaknya selalu di akhir. Tak apalah, semuanya pun sudah terjadi.

Kacau benar diriku kali ini. Dan aku berada di zona nyata, susah lagi untuk tertidur, dan sangat capek pula rasanya. Aku ingin tertidur kembali, dunia mimpi lebih indah untukku.
-ditulis pagi tadi, baru dipublish karena kebodohan koneksi-