Monday, April 10, 2017

Perihal Mencandu

Saat Maret menghilang seakan tanpa jejak, kecuali meninggalkan kenangan, yang tentu suka menggenang. Cukup indah dan menyenangkan. Tiga minggu dalam pengalaman baru, bertemu kembali dengan energi magis pembesar hati. Senyum terkembang karena sebuah berbagi.

Lalu ia usai. Perjumpaan agaknya sering hadir tergesa. Seperti sebuah senyum yang tiba-tiba tapi masih erat merekat di hati. Penyesalan, karenanya, adalah angan untuk mengulang. Mungkin.

Ada beberapa kecewa. Rindu menggebu yang tak menjadi genap. Tanya yang menyeruak di benak. Diri terdampar pada halaman demi halaman. Pencarian.

"Sampai kapan akan mencari?", tanya seorang teman.

Aku malu. Karena ini semua sebenarnya hanyalah candu. Jawaban final kiranya tak pernah betul-betul sebuah akhir. Bagiku ia hanya peristirahatan. Entah mengapa. Benakku hanya puas selama beberapa saat. Ia selalu menginginkan lebih. Pemaknaan yang lebih. Begitu mungkin. Tapi aku juga pernah merasa sebegitu senang atas sebuah jawab. Seakan hal yang sudah mutlak. Sungguh nyaman berada di dalamnya. Percaya sepenuhnya. Tak ada gusar melanda. Sungguh indah. Tapi benak itu kembali berisik. Meragu.

Banyak yang mencandu yang mereka pikir kemutlakkan. Sama-sama mencandu, hanya di spektrum yang berkebalikan. Berbeda pun kiranya tak apa, kurasa..

Ya, kan?

No comments:

Post a Comment

enter what comes into your head.. -_-b