Sunday, April 28, 2013

Tagihan


"Yang membedakan perempuan satu dengan yang lainnya hanya lenguhannya.." (seorang dosen)

yang lalu aku menyeletuk ke temanku: "it's only a flesh.." (sembari menunjuk seluruh badan). Afirmasi penuh kudapat, karna ia sudah mengerti sepenuhnya hal itu. Badan itu hanya gumpalan daging. Paras yang rupawan, ah, sungguh pun itu hanya daging. Kini di era semodern ini, daging mudah sekali dibentuk. Yang negatif, asal itu bentuknya material, mudah sekali digubah jadi positif. Ada rezim medis. Gigi tonggos ingin jadi serapih gigi kambing pun tak jadi soal. Semua kulit mau diputihin semua pun gampang sekali. Yang katanya jelek segera ditransform jadi yang katanya indah pun bukan hal yang sulit.

Dan semuanya itu hanya daging. Namun walau demikian, salut sangat aku sama dosenku itu yang penuh yakin atasnya. Memang hal-hal yang masih tertutup untukku sudah terbuka buatnya, karna garam asam yang sudah ia rasa. Namun bayangkan, susah sekali bukan untuk tidak melihat penampilan orang? Untuk tidak melihat fisiknya? Untuk tidak melihat keseluruhan badannya?

Atau kukoreksi sedikit deh, karena sebenarnya aku mudah ilfil sama orang yang cakep nian. Bagi kita, sangat sulit untuk tidak tertarik pada fisik yang rupawan. Paling tidak untuk scanning awal. Penampakan luar seakan menjadi hal pertama yang menjadi saringan. Aduh, duh, duh.. jadi, banyak sekali mereka yang tak menarik secara fisik sudah mengalami peminggiran sedemikian rupa, sudah tidak lolos ujian bahkan sejak di awal.

Tapi biar kukatakan, bagiku tak lolos pun apa masalahku? Sesat pikir tadi memang sangat menyebalkan, walau demikian sulit sekali untuk kulepas dari rekatan otakku. Makanya segera saja kubilang dosenku itu keren sekali, sudah benar-benar bisa melihat orang tidak dari fisiknya. Sedang aku, aaargghhhh!!! Masih terkungkung ideologi dominan. Walau sudah mengerti itu hanya daging saja, bila tak berisi pun maka berarti tanpa isi, masih saja aku sering 'tergiur' dengan fisik. Paling tidak di detik pertama. Aaaaaarggh!!! Itu menyebalkan. Aku tak suka ketika menjadi makhluk tak seharusnya begini.

But, indeed, body is just a flesh. Namun gelagat adalah segalanya. Namun juga seringnya aku menikmati daging-daging itu. Untuk apa aku juga tak tahu. Rupanya melihat daging ini itu berjalan ke sana ke mari memberi kesenangan tersendiri buatku. Apa itu aku juga tak begitu yakin. Bila ada yang 'menyejukkan', yaah kita berucap syukur. Bila ada yang mengingatkan pada sosok (-sosok), ya kita tersenyum saja. Bila ada yang membuat berdesir, yaaaa.... tauk deh.

Hahaha. Tauk deh, tauk deh. Eh, tapi yang bikin berdesir itu pada ke mana ya? Kucari di Mc. D gak ada. Kucari di kampus gak ada. Kucari di perpus, malah dapet yang bikin pusing. Aduhai, pasti memang seharusnya bukan mencari, tapi tetap menikmati. Jadinya, ya sudahlah, kunikmati saja. Yang bikin jantung terseok-seok hingga bikin ngrasa pusing seratus keliling pun harus tetap dinikmati. Yang bikin tersenyum ringan pun, wajib dinikmati. Yang bikin pengen muntah pun.. ya, wajib dimuntahi. LOL.

Ah, daging ya. Gimana ya, daging suamiku kelak? Ajiah, aku mulai berandai-andai lagi. Eh, dasar efek dua minggu yang lalu ini. Pergi ke Surabaya, menghadiri pernikahan sepupuku, berkumpul dengan keluarga, dan mendapat banyak 'tagihan'. Ah, ya, umur segini memang layak ditagih kalik ya? Aku siapin aja mental untuk ditagih, walau aku heran, aku pernah utang apaaa sama orang-orang ini, sampe sepupuku yang baru kuliah semester 1 S1 pun ikut-ikutan nagih. Wadehek kalik ya?

Ya, yang nanya "kapan kamu, Ki?"-lah, yang trus ditegesin "kapan nyusul?", trus "wah, habis ini Kiki nih..", ada lagi yang pake bawa-bawa ibuku segala: "tuh, ibukmu ki wes pengen mantu, lho.." (sedang pas kutengok ibuku, nyoba nyari pertolongan, beliau malah seakan mengafirmasi, haish..). Ya, di hati emang bilang "jigur tenan, kok", kayak jadi eneg banget kalo ditanyain begituan. Rupa-rupa butuh banget mereka orang kayak aku biar merasa lebih beruntung hidupnya. Yaitu, via, misal setelah ditanya pacarmu orang mana, aku trus bilang "masih kosong", trus nyerocoslah mereka dengan macem-macem perkataan, yang aku yakin dalam hati mereka bilang, "ya ampun, masih gak laku aja..", dan bersyukur atasnya, soalnya mereka dulu seumuranku sudah pada menikah, atau sudah punya calon.

Ya ampun, negatif banget prasangkaku. Hahaha, padahal aku gak ngurusin apa yang dikata orang. Maksudku, sudahlah, mau kamu pikir aku gak laku, apa sedang diobral, apa harganya ketinggian, apa gak punya harga, apa dilabelin for free, apa sok idealis, apa sedang sakit jiwa, apa kayak 'cowok', apa kurang 'menarik', apa terlalu berbahaya, apa ketinggian pikirnya, apa terlalu gak jelas, apa apa yang manaaaaa lah, aduhai terserah!! Maksudku terserah, ya sudahlah. Toh juga aku tahu label begituan kan, dibuat untuk yang memberi label. Artinya sebenarnya orang-orang itu melabeli aku bukan buatku. Tapi buat mereka sendiri. Dengan melabeliku kayak barang gitu, mereka bisa tahu posisi diri mereka (menurut mereka). Dan yakinilah, prasangka itu selalu meleset. Mati aja, deh.. Urip kok ngandalke sangkaan..

Tapi yaaaa, yang gak bisa kubiarkan adalah ekspresi ibuku tadi. Berat, euy! Aih, piye ya? *guling-guling*. Rasanya kayak yang kemarin udah merasa gak mau kepikiran lagi, jadi mau gak mau harus kepikiran. Aduhaiii, ini mengingatkanku pada versi pencarian Cum saat S1 dulu. Kuliah kayak robot bikin malasnyaaa minta ampun soalnya tak dapat makna. Eh, tapi pas liat ibu nangis di wisuda masku (satu-satunya yang akhirnya 'mau' diwisuda), akhirnya mau gak mau aku bertekad ber-IP Cum. Biar ibuku senang (walau sebenernya aku juga senang dapat selempang tambahan). Aihhh, kini masak aku harus dipaksa ekspresi ibuku lagi, siih? Auuuuuuuu....uuuuuukk dehhhh!!! Just want to enjoy ittt!!! Just want to enjoy ittttt!!!!

Seriously, I even think to get the other master again, considering nowadays knowledge is totally not enough. Aaaarrrgggghhh!!! Akuuuuuu masih sukaaa belajaaaarrr!!! >>> gila.

But, whatever. Yang pasti satu: suamiku nanti, entah kapan aku menikah, tak boleh pernah melarang aku untuk belajar. Belajar!!! Rakitan sinau ro nggendong anak yo ra popo, sing penting aku emoh mandeg sinau --> ndobosh pwol.

Jadi, kapan, Jek?? Grrrrrrr!!!!!!!
MIND YOUR NGEK!!! *gak santai*

Eh, daripada aku keterusan (sok) marah, aku kasih beberapa foto di acara kemarin.

Si Empus keren di penginapan

beloved Ksatria "Mas Atta" (muah!!)





Mom and Ganks (?) Dan...
GUWEH!!! (-__-")a -> stupid flesh

 
Hahahah!!! Eh, anyway, sebenarnya aku suka banget sih, kalo pada nagih gitu. Semacam didoakan. Yaaa, ditagih pun kalo ndak mau bayar, ya gak bakal bayar, kan? Heuheuheu (ala Sudjiwo Tejo).


"(Rasakanlah) 
Isyarat yang mampu kau tangkap 
Tanpa perlu kuucap.."
(Hanya Isyarat, Dee) 

No comments:

Post a Comment

enter what comes into your head.. -_-b