Wednesday, August 15, 2012

Bunuh Saja Aku


"maafkanlah cinta
atas kabut jiwa
yang menutupi pandangan kalbu" - Dewa19

Bersyukur memang selayaknya dilakukan di setiap hembusan nafas kita. Yang lebih penting adalah menjadi satu dengan jiwa. Tak perlu hanya berucap, namun termasuk dalam tindakan. Ideologi yang menurun menjadi metode dan menjadi nafas bagi tindakan. Bersyukur adalah bermakna bahagia. Tuhan memberi agar kita bahagia. Adakah itu sebenarnya arti Tuhan menciptakan kita? Agar kita selalu bersyukur? Agar kita selalu bahagia?

Tuhan itu suka bila hambaNya berbahagia, tak dapat dipungkiri. Dia pun menerima banyak do'a, dan mengabulkan. Kita sebagai makhluk, adalah pihak peminta. Bila diberi bahagianya minta ampun, bila belum suramnya minta ampun. Ini manusia adalah makhluk banyak maunya. Fitrah sih. Tapi akhirnya tidak menuju pada esensi bersyukur itu sendiri.

Karakter memberi milik Tuhan itulah yang harus kita contoh. Ini seperti membawa kita pada kebahagiaan yang sesungguhnya. You know, Tuhan memberi, why we don't? Dan menurutku, itulah bersyukur sejati. See this: bila bersyukur berarti bahagia, maka kita harus berlaku yang membahagiakan. Apakah iya selalu menjadi peminta itu bahagia? Apakah iya pengemis-pengemis itu berbahagia? Apakah iya anggota-anggota DPR yang terus-terusan minta kenaikan tunjangan itu bahagia? Apa iya kita yang terus-terusan minta ke Tuhan itu bahagia? Bersyukur sejati adalah memberi. Dengan mencontoh sifat Tuhan Yang Maha Memberi. Termasuk di dalamnya adalah memberi pertolongan. Dalam proses memberi pertolongan kan yang sebenarnya paling berbahagia bukanlah yang ditolong, melainkan yang menolong. Yang demikian itu, yaitu dengan meniru sifat Tuhan, kita sedikit demi sedikit belajar menjadi lebih baik, menjadi kita yang sebenarnya: menyatu denganNya. Kesadaran atas "aku" ini yang mengantarkan kita kepada kebahagiaan sejati. Sekali kita sadar adas ke"aku"an kita, semua ilmu pun dapat masuk, menyergap segala benak untuk tersentak terhenyak dan menjadi berpikir. Ketika kita sudah memiliki banyak ilmu, maka semakin bahagialah kita, kita memiliki cakrawala yang lebih luas, dan mendapat banyak hal yang membuat hati kecil kita tersenyum. Ilmu itu kunci kebahagiaan, karna dengannya kita jadi tahu sesuatu - dan bukankan ketidaktahuan itu menyengsarakan? Dan syarat utama untuk menemukan "aku" adalah dengan sadar atas keberadaan "aku" itu sendiri. Sadari "aku"-mu, raihlah segala ilmu, bahagialah, dan bersyukurlah.

Aku tak tahu aku memosting apa kali ini. Aku hanya ingin menulis, karna aku tak ingin larut dalam kelamnya keruntuhan. Kelamnya titik balik.

"..dan aku kan hilang,
ku kan jadi hujan.." (Frau)

No comments:

Post a Comment

enter what comes into your head.. -_-b