Thursday, February 03, 2011

Buah Simalakama

Mesir yang bergejolak. Berita yang dahsyat. Setelah berita mengatakan bahwa Tunisia berhasil dengan penggulingan penguasa oleh rakyat, Mesir kemudian bergejolak, menginginkan tujuan serupa. Mengikuti apa yang ramai dibicarakan media mengingatkan saya atas sesuatu bernama 'titik agregasi' yang saya cuplik dari buku 'Jihad Gerakan Intelektual' milik mas Suharsono (sok kenal aja nih, makanya pake mas, hahaha).  Dalam buku ini, titik agregasi didefinisikan sebagai limit toleransi penindasan yang tidak boleh dilampaui dan bila dilanggar maka pihak tertindas akan mengambil tindakan-tindakan revolutif untuk upaya pembebasan, bahkan sangat mungkin untuk terjadinya balas dendam kepada penindas. We O We, WOW!! Mesir tentu telah tersentuh titik agregasinya, sehingga masyarakat sebagai pihak tertindas bergerak, menuntut penguasanya turun. Namun apakah titik agregasi itu sebuah parameter yang obyektif? Apakah harus menunggu 30 tahun ditindas baru kemudian tersentuh titik agregasi tersebut?


Tentu tidak. Menurut Mas Suharsono, titik agregasi tidak dapat dinilai secara obyektif, tetapi merupakan "realitas interaktif" yang tergantung atas kesadaran dan keberanian, bukan tergantung atas besarnya penindasan. Rakyat Mesir lah yang sepenuhnya sadar dan berani untuk bergerak revolutif, walaupun kesadaran dan keberanian tersebut termotivasi dari gerakan massa di Tunisia.
Tidak harus 30 tahun tentunya. Bahkan negara kita sendiri, 350 tahun ditindas Belanda. 350 tahun dan bukan 30 tahun.. Sepertinya sangat muram sekali..

Bila dikaitkan dengan pemerintahan Indonesia, 1998 memang berjibun massa bergerak, banyak media mengatakan peristiwa tersebut merupakan Cheos milik Indonesia, Soeharto turun, atau apa pun namanya. Titik agregasi kah? tindakan revolutif kah? Tentu iya. Namun kemudian terbukti, pegganti-pengganti Soeharto belum mampu menyelesaikan masalah crucial di negara tercinta. Soeharto diturunkan bukan untuk kebaikan bangsa (walaupun dampaknya memang mendewasakan bangsa), malah muncul penguasa baru yang juga tidak bener.. Apakah titik agregasi di Indonesia ini dijadikan sebagai alat untuk menjatuhkan pemimpin, kemudian kursi kepemimpinan diambil alih oleh pihak yang notabene memiliki kepentingan, bukan atas nama rakyat?? Apakah selalu demikian?? Bila demikian, maka kesadaran dan keberanian rakyat untuk bergerak revolutif, pada akhirnya hanya nonsense belaka. Kesadaran dan keberanian hanya digunakan oleh mereka yang memiliki kepentingan untuk menjadi seorang pemimpin, menggantikan pemimpin sebelumnya yang dinilai sudah gagal.

Dalam masa sekarang pun, saya menjadi takut (tentu bukan titik agregasi itu yang saya takutkan). Tunisia, Mesir, dan sepertinya pada masa kemudian akan disusul oleh negara-negara Timur Tengah lainnya. Besar kemungkinan akan merembet ke masyarakat di seluruh dunia, yang juga merasa tertindas, bisa jadi juga memotivasi negri kita untuk melakukan hal serupa (yang bukan hal baru untuk kita). Saat ini pun rezim SBY sudah mulai menunjukkan hasil penindasannya. Beberapa pihak sudah mulai memprovokasi massa untuk bergerak, bergejolak. Beberapa di antaranya menyebarkan kesadaran dan keberanian untuk bebas dari penindasan karena murni untuk menghapuskan kebrobrokan rezim kemudian untuk kemajuan bangsa, namun beberapa di antaranya juga memiliki misi. Yang terakhir ini yang saya takutkan. Sebuah konspirasi, menciptakan suasana agar titik agregasi tersentuh, kesadaran dan keberanian muncul, masyarakat bergerak mendongkrak haknya, penguasa runtuh, kemudian sebagai penggantinya hanyalah rezim yang sama yang membawa pada kondisi tertindas lagi, titik agregasi lagi, pergantian pemimpin lagi, tertindas lagi, titik agregasi lagi,  pergantian pemimpin lagi, tertindas lagi..... fiuuuhhh, entah sampai kapan..

Ini kah yang disebut buah simalakama? Bergejolak berarti memutar roda penindasan lagi, tidak bergejolak berarti tetap tertindas oleh rezim sekarang.. Hmmm, saya sih yakin buah simalakama ini akan segera berakhir, kita akan bergejolak dan mendapatkan seorang pemimpin yang berdedikasi tinggi, yang membangkitkan bangsa, entah bagaimana caranya.. karena bagaimana pun yakinnya saya, rasa takut itu masih ada..

Namun sepertinya saya harus tenang, karna esok saya harus bangun pagi.. (Oh No!!!)

-60 minutes in writing-  

Jiaela, blog saya kali ini seriuss amiirr daaah, heran.. (_ _")a

6 comments:

  1. sejak kapan km jadi pengamat politik...(woot)

    ReplyDelete
  2. wah templatenya itu lho mbak... doh pusing hehe

    ReplyDelete
  3. hekekek, iki template lama tapi seneng aku, bluuueee...:D

    ReplyDelete
  4. Jekk.. tulisan2 muww.. cool

    ReplyDelete
  5. @shita: kayak yang nulis dong..B-)

    @ninan: mesti wes, gini aja kok berat se..-__-'

    ReplyDelete

enter what comes into your head.. -_-b