Tuesday, March 16, 2010

I need a guitar

Fiuuhhhhh....

Gosh, what is happening to me. It just so sucks, this is not Like what happened before. Sooo Haaaaarrrrdddd!!!! :'(
Apa yang saya tuLis di 15 Januari kemarin, tidak tereaLisasi. Saya ndak getting aLive, saya maLah jauh terpuruk di sini. Terpuruk yang sangat. Sakit yang sangat. Goodnews yang saya harapkan daLam tuLisan saya waktu itu, tidak tereaLisasi dengan benar. Sebentar, mari kita Lirik sepenggaL tuLisan saya kemaren:
Good news nya, tebakan saya mengapa dia tidak pernah menghubungi saya adalah karena I'm just no one anymore for him, istilahnya dia sudah menghapus saya. Kata teman saya, Nidji berkata: hapus aku.. H a h a, ternyata tanpa bilang pun saya sudah terhapuskan lebih dulu. Then it was a goodnews for me, something sadly will be covered by happiness. I just need to be tough and patient. Well, actually I'm not really sure about this, hihihi..
Let me breath for second.. (sakitnya masih menusuk di rongga kiri dada saya).

Benar saja ketidakyakinan itu. Saya kemarin tidak begitu yakin good news itu akan datang: something sadLy will be covered by happiness. Selama rentang saya menulis tulisan tersebut sampai hari ini, kebahagiaan yang saya dapat semu adanya. Selama ini saya magang di Jakarta, dan kebahagiaan yang saya dapat di sana hanya beberapa, yang kemudian hilang menjadi kenangan sejak saya tidak lagi berada di Jakarta.
Saat saya menikmati hari di Malang, kebahagiaan yang saya dapat hanya berlaku di Malang, setelah saya kembali ke Jogja, saya belum mendapat kebahagiaan yang bisa menutupinya. Jadi happiness yang kemarin saya harapkan untuk menutup kesedihan saya di 15 Januari, agaknya telah usang dan tidak bisa lagi menutupi kesedihan tersebut, di mana saya kini berada di Jogja: akar masaLah berada.

Let me breath again.. Fiuuuuhh...

Mengapa kemudian menjadi sangat berat?? Saya merasa karena tidak ada seseorang di samping saya, to share with, and to love me. Di Jakarta: saya memiliki om, tante, dan kedua adik sepupu saya, yang menyayangi saya; berbincang di waktu menjelang tidur, bersenda gurau, bernyanyi bersama, terbahak bersama. Di Malang: semuanya kumiliki, ibu yang mengasihi saya, mbak saya, ponakan kecil saya, adik2 sepupu saya, bahkan ada juga nenek saya; ngobrol dengan ibu adalah hal yang sungguh sakral, menemani beliau nge game, menjadi babbysitter untuk ponakan saya, bercanda dengan mbak saya, atau hanya sekedar tertawa terbahak ketika nonton OVJ. Mereka semua penuh cinta, ikhlas untuk saya, dan saya juga mencintai mereka.
Di Jogja, I know it's the matter of time. Rasa kasih sayang yang saya miliki pada teman-teman saya, agaknya perlu dipupuk lagi. Satu setengah bulan saya meninggalkan mereka, dan merekalah sumber kehidupan saya di Jogja pasca lepas dari seseorang. Waktu bertemu mereka: saat main-main di depok dengan komunitas NW, atau saat futsaL dengan auto, atau saat tadi makan-makannya Cipto, saya merasakan kebahagiaan yang meluap. Hanya... ada banyak hal yang hilang.


Terbukti jika aku sudah berada di kamar. Duduk, termenung, dan meleleh lagi. Rasa sayang teman-teman, dan rasa sayangku ke mereka kurang ampuh untuk kubawa sampai ke ruangan kecilku. Bila mencoba meraih topik 'menjalankan kesibukan', bahkan untuk memulainya pun aku tak mampu. Pikiranku terlalu kacau balau, terlalu berantakan. Benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Sudah 10 hari lamanya, dan aku belum mengerjakan apa-apa. Memperbaiki portal belum, memfixkan laporan apalagi. Bila bertanya tentang skripsi: masih nihiL. Belum lagi tentang nafsu makan, di mana karbohidrat tidak menarik lagi untuk saya, di mana lidah ini sangat enggan mengecap bahkan sesendok makanan saja.
Ya Tuhan, sebegitunya kah efek dari kesedihan ini??
Sebelum saya pergi ke Jakarta, saya menghadapi kesedihan-kesedihan dengan semua teman-teman saya. Saya larut dalam kebahagiaan bersama mereka. Kebahagiaan yang total: saat bersama teman-teman KKN (haha hihi squad) hang out entah ke mana, sama teman-teman NW di Selasa dan Kamis malam, bersama teman-teman auto di weekend hari, dan masih kuliah. Saat ini kebahagiaan itu jarang kudapat: selama 10 hari ini saya hanya 3 kali pergi ke kampus, sangat jarang bertatap muka dengan teman-teman; anggota haha hihi squad pun mulai pergi menghilang entah ke mana walaupun beberapa masih setia mendengar ocehan saya; Nightwalker pun saat ini hanya ngumpul bila ada yang sedang hajatan; teman-teman auto, saya lihat tidak sekompak kemaren...
Atau sepertinya sumbernya adalah saya. Saat berada di kumpulan auto, saya kurang meresapi apa yang sedang terjadi di sana, malah berpusat dengan kesedihan yang sedang saya alami. Saat sedang berkumpul dengan anak2 nightwalker, yang ada juga kesedihan-kesedihan. Fiuuuhhhh... Betapa beratnya nikmat kesedihan ini.


Kadang saya ingin main gitar, dan mendendangkan lagu kesukaan saya seperti yang setiap malam saya lakukan ketika di Jakarta, namun tiada gitar di tangan saya. Kadang saya juga memikirkan untuk merokok, tuk lepaskan penat ini, tapi jantung saya sudah beberapa kali terkena serangan angina, tidak bijak menurut saya bila mengorbankan paru-paru untuk menemani si Jantung yang masih sakit. Juga saya ingin nyetir ke mana-mana dan berharap tertabrak bus gedhe, trus dirawat di rumah sakit, tapi menurut saya lebih baik saya sakit jiwa daripada harus melihat ibu saya menangis lagi. Mungkin gitar adalah opsi terbaik, tapi saya belum punya uang untuk merealisasikannya.
Oh Tuhan. Apakah mungkin gara-gara saya kurang iman? Apakah mungkin gara-gara saya kebanyakan dosa, sehingga saya saat ini lebih memaknai kesedihan daripada kebahagiaan?? Oh, Tuhanku, aku percaya cobaan yang kau berikan bukan merupakan sesuatu yang di luar kendali makhlukMu, aku percaya aku bisa melewatinya, mengatasinya. Yeah, still with quote: 'I just need to be tough and patience, ever..'


Bila tentang rasa yang tersisa ini, saya kira ini hanya rasa, harusnya bisa diakalin seperti sebelum-sebelumnya. Mau bertepuk sebelah tangan, ato apa Lah, yaahhhh, besok lah kita bahas lagi. Hihihi, I just need a guitar and sing my favorite song:


Twinkle Twinkle Little Star
How Are Wonder What You Are
Up Above The World So High
Like the Diamond in The Sky
Twinkle Twinkle Little Star
How Are Wonder What You Are

2 comments:

  1. panjangnyaa,....
    intinya kamu butuh gitar kan bukan piano?

    ReplyDelete
  2. huahha, mas Edi ikutan mbaca, maLu aku maLu..(biasa aja)

    emm, intinya saya butuh gitar (piano kemahaLan), dan gitar itu dapat menghibur saya, the Last is the most important..:p

    ReplyDelete

enter what comes into your head.. -_-b