Tuesday, January 12, 2010

T_T


Aku hanya mencoba berkata-kata lagi. Kata orang sedih bisa membuat hati kita sangat berkata-kata, maka benarlah kata orang itu.

Kalap, dan menangislah saya menjadi-jadi. Rasanya menusuk di sini, di sebelah kiri rongga dada, menusuk, kemudian menjalar: denyutnya semakin menjadi, dan terlebih untuk beberapa mili detik kemudian, sesuatu memerintahkan mata untuk menjadi panas lalu meleleh, hidung pun berkombinasi dengan iringan pecahnya tangis yang ada. Jantungku berdegup kesakitan karna serasa tertusuk sesuatu, mataku merah membara dengan linangan air mata, hidungku tak kuasa tuk bernafas secara normal, diperlengkap dengan sound effect dari organ mulutku: isak tangis pun semakin menjadi. Pikiran galau, pikiran menyatu dengan hati: "ini sangat sakit", katanya.

Hidup sendiri pastinya akan menyenangkan, karna kita bisa menangis sebebas-bebasnya tanpa ada diketahui orang lain. Tapi lain kondisinya denganku. Aku harus menahan isak tangisku agar tetap terkontrol, dan sebisa mungkin untuk tidak diketahui oleh seorang pun penghuni kosku (kecuali aku tentunya). Dan jadilah diriku yang menangis dalam diam. Dan layaknya menangis dalam diam menahan isakkan yang ada: rasa itu semakin nyata sakitnya, semakin menusuk, lalu seketika menjalar memenuhi merah mataku dengan air, tumpah berlinang, nafas yang tak beraturan, pikiran yang tak terkendali, isak yang ditahan-tahan agar tidak terlalu menimbulkan perhatian penghuni kos lain, dan kembali lagi ke siklus sebelumnya: rasa sakit yang menusuk-nusuk, merahnya mata, linangan air mata, dst, dst.. Kubilang dan seterusnya, karena siklus ini terus berulang, hingga beberapa saat berakhir, dan kemudian dimulai lagi entah karena apa (pasti karna rasa sakit itu terulang lagi, terpikir lagi), kemudian siklus yang demikian pun kembali berulang juga: menangis menjadi, sedikit berhenti, menangis kembali, kembali, dan kembali.

Aku ingin menumpahkan rasa ini. Ingin rasanya kuambil handphone, kukirim sebuah pesan singkat pada seorang pembuat menangisku, apa pun, sehingga dia tahu bahwa diriku sedang sakit di sini, terpuruk karenamu, sesenggukan tak terkendali, dan tak bisa berbuat apa pun untuk menghentikannya. Aku ingin mengatakan rasanya sakiiiiiiit sekali, seperti yang lalu-lalu, menusuk-nusuk, dan tidak bisa kukendalikan: rasa itu sangat liar dan kejam. Aku ingin mengatakannya dengan sepenuh hati, sebelum aku sadar aku ini siapa. Aku bukan siapa-siapa. Saya hanya seonggok masa lalunya, dan dia satu-satunya masa laluku. Siapakah gerangan yang bisa merasakan rasa pedih dan sakit ini selain diriku? siapakah yang merasa paling sakit ketika aku tersakiti? Bahkan bayang ayahku, ibuku, serta merta mengiringi isak tangisku.

Meledaklah lagi tangis di mataku, kali ini dengan rasa yang sangat perih, bukan lagi hanya menusuk2, kini sakit itu sudah mulai menimbulkan luka menganga: perih nyata terasa. Linangan air mata pun semakin hangat terasa, semakin menghangat, nafas semakin tak karuan karena rongga hidung yang penuh oleh lelehan ingus yang tau-tau ikut menjadi banyak saja ketika deras air mata mengucur, isakan tangis tetap tertahankan. Meledaklah tangisku, meledak dalam diam. Menahan sakit dalam bungkam. Menahan bayang-bayang yang kembali muncul.

Dalam tangisku yang demikian, aku pergi meninggalkan tubuhku sebentar, melihat diriku meringkuk merunduk dengan segulung tissue di sebelahnya. Aku melihat betapa rapuhnya diriku, mengisak dalam diam, air mata tiada henti mengalir, terkadang tanpa isakan tapi air matanya tetap deras mengalir. Sesekali dia mengangkat mukanya, menghadap ke langit-langit, menahan keluarnya air mata yang semakin membuncah karena luka itu semakin terbuka menganga, luka itu melebar dan diriku sangat kesakitan dibuatnya. Bukan hanya goresan memar berdarah yang ia dapat, tapi cabikkan nanar yang nyata. Miris aku melihatnya, dan sebentar saja aku kembali tersedot masuk menyatu dengan tubuhku, kembali merasakan perihnya menangis dalam diam.

Sangat capek rasanya memproduksi derasnya air mata yang bertubi-tubi, belum lagi capeknya mengisak dalam diam, juga capeknya merasakan sakit yang mencabik-cabik hati di dalam sana. Semerta-merta naluri manusia untuk bertahan itu ada, muncullah naluri bertahanku: saya harus bertahan, saya tidak boleh mati kecapean karna menahan isak tangis kesakitan, saya harus berhenti menangis. Maka apa pun dilakukan diriku. Sesenggukan menangis diiringi bisik istighfar, diiringi bisik istighfar lagi, istighfar lagi, dan ternyata malah semakin menjadi sesenggukan itu. Lalu kucoba untuk mengalih hatikan dengan menulis, percuma adanya. Kucoba untuk sholat, tangisku semakin menjadi. Menulis status di Plurk dan Facebook, dan disuruhnya aku oleh mereka untuk mencoba tidur, kemudian itulah yang kulakukan. Mematikan komputer, dan berbaring. Kali ini kucoba dengan bisikan istighfar seperti yang sebelumnya, isak sembari beristighfar, dengan tetap berpikiran bahwa aku harus mengendalikan emosiku. Istighfar sambil terisak untuk kendali emosiku.. Istighfar terus, terus, dan terus, dan kemudian aku tertidur.

Lalu aku bermimpi. Mimpi ini sepertinya datang dari otakku, karena aku tidak tidur terlelap, hanya mataku yang terpejam karna capek menangis. Mimpi, atau pikiranku itu lebih tepatnya, sangat menentramkan. Seorang yang aku menangis karenanya, mengetahui bila aku sedang sekarat sesenggukan, dan tidak bisa berhenti menangis. Seorang ini sudah tahu pasti tipikal menangisku seperti apa. Lalu dia mengirimiku sebuah hadiah kecil, dan sebuah pesan: "jangan menangis, semuanya akan baik-baik saja, aku masih bersamamu". Pesan yang sangat kuhindari selama 9 bulan terakhir ini. Entahlah, tapi mimpi mendapat pesan demikian darinya, sangat membuat tentram hatiku. Dan kemudian aku terbangun setelah hanya 2 jam tertidur seadanya, bermimpi seadanya. Aku terbangun dan tersenyum, seolah tangisku sudah reda. Kukira akan begitu selamanya, tangis reda, usai derita ini. Ternyata hanya mimpi, dan tenggelam sudah rasa tentram itu, air mata belinang lagi, dan entahlah apa yang harus kuperbuat lagi.

Betapa sangat menyusahkan. Aku sudah lama tidak menangis seperti ini, terlebih sudah lama sekali aku tidak menangis karnanya. Dan sekali saja menangis, keluarnya seperti ledakan. Rasanya seperti sehari yang lalu masih bersamanya. Agaknya ini sebuah bom waktu untukku. Yang di dalam sana sudah sangat kukekang, sudah kuajak berlari selama 9 bulan lebih, sudah protes dari dulu dan tak kugubris. Yang di dalam sana menyimpan sesenggukannya, untuk kemudian di keluarkan di malam ini. Betapa sakitnya. Betapa konyolnya diriku ini, berlari tanpa melihat realitas yang ada. Betapa tololnya. Menyesal aku telah berlari, dan penyesalan pun agaknya selalu di akhir. Tak apalah, semuanya pun sudah terjadi.

Kacau benar diriku kali ini. Dan aku berada di zona nyata, susah lagi untuk tertidur, dan sangat capek pula rasanya. Aku ingin tertidur kembali, dunia mimpi lebih indah untukku.
-ditulis pagi tadi, baru dipublish karena kebodohan koneksi-

2 comments:

  1. Salahkah aku mencintaimu, memilikimu, menyayangimu.
    -Sudah-

    Inikah jawaban dari penantian, setelah sekian lama aku menunggumu, pesan di depan mata menjelaskan semua, kata selamat tinggal menghancurkan semua. Dan kau telah pergi dan tak kan kembali. Dan bodohnya aku, ku masih menunggu.
    -Penantian-

    Ku berjalan terus tanpa henti, dan diapun kini telah pergi, ku berdoa di tengah indah dunia, kuberdoa untuk dia yang kurindukan.
    -Jangan Lupakan-

    Yakinkan aku Tuhan, dia bukan milikku, biarkan waktu, waktu hapus aku. Sadarkan aku Tuhan, dia bukan milikku, biarkan waktu, waktu hapus aku.
    -Hapus Aku-

    Biarlah ku rela, melepasmu, meninggalkan aku, berikanlah aku kekuatan untuk lupakanmu.
    -Biarlah-

    ahahaha....nohok bener lagu2nya nidji jek....

    keep your chin up sist, and smile....smile....^_^

    ReplyDelete
  2. siaL to, maLah ngeLing2ke..(annoyed)
    sudah kau tiru cara bang rendi rupanya, menohoknya pake Lagu..(annoyed)
    nidji ya?? hmmm, makanya aku gak suka Lagunya mereka, moh ah, coLdpLay aja!!:p

    honey u shouLd know, that I couLd never go on without you..
    hihihih..

    tapi yang -biarlah-, boLeh juga deh.. I'LL try it, mencoba reLa, meLepasnya, dan harus kuat untuk meLupakannya. WaLaupun rd gak yakin, hihi..

    Hongtouni arigato sist, I'L keep my chin up, dan berusaha terus membuat hati ini tersenyum sLaLu..

    ^^

    ReplyDelete

enter what comes into your head.. -_-b